jhoesangpemimpi
Jumat, 21 Juni 2013
Senin, 06 Mei 2013
Drama Saijah dan Adinda
ADINDA
DAN SAUJAH
Prolog :
Helmi
Saujah :
Joko Suwono
Adinda :
Lisnawati
Juragan :
Siti Rohmatun
Gubernur :
Riski Kurniawan
Selir :
Winda Flower Nancy
Endang
Rakyat :
Ria
Reski Annisa
Nanda Apriyuni
Arnita
Rini Novrianti
Operator : Riska Ade Musyaroh
Adegan I
Prolog:
Di
sebuah desa yang tua, dengan keadaan tanah yang begitu subur, maka hiduplah
masyarakat yang tenang dan damai. Keseharian mereka yang penuh dengan akhlak
yang baik menjadikan cermin desa tersebut merupakan desa yang sangat harmonis
dan nyaman. Namun hal itu tidak dapat berlangsung begitu lama. Pergantian
pemimpin yang baru membuat rakyat banyak yang menderita. Mereka dengan terpaksa
harus menjual hasil bumi mereka kepada jurahan dan gubernur dengan harga yang
sangat murah. Namun mereka tidak dapat menolaknya. Hingga pada saat mereka
harus behadapan malaikat mautpun mereka tetap akan mempertahankan tanah
kelahiran mereka.
Juragan :
“Wahai rakyat miskin semuanya, kalian dengarkan perintah dari sang maha pimpinan ini, perintah dari gubernur kita.
Hari ini juga kalian harus menyerahkan hasil kebun kalian, dan kalian juga
harus menjual tanah kalian kepada gubernur............!!
Siapapun
juga yang membentah perintah ini, maka dia berarti berani menanggung resiko dan
bersiaplah untuk mati.
Saujah ;
“Wahai juragan yang terkutuk....! sampaikan salam saya dengan gubernur kalian
yang jahanam. Tidak sedikitpun kami rela akan memberikan tanah tempat kami
dilahirkan ini kepada pemimpin laknat seperti kalian....! tidak akan...!!
Kalian
tidak ubahnya seperti anjing yang memakan bangkai tulang rakyat sendiri.
Jahanam..!! bajingan...!!
Juragan :
“kurang ajar...!”
(Menendang
Saujah)
Kau
pikir kalian siapa..?! hidup kalian tidak ada ubahnya seperti sampah yang
bertebar di tepi jalanan. Kami datang ingin menawarkan niat baik kepada kalian.
Tapi kelakuanmu sungguh tidak pantas..!”
Saujah :
“kelakuanku seperti ini memang sudah sepantasnya untuk anjing seperti kau
juragan bajingan...!!”
Juragan :
(Menendang)
“Tangkap
dia.....!!”
Adinda :
“Jangan juragan..... aku mohon jangan bawa suamiku......”.
Juragan :
“Tangkap keduanya...!”
Haaaaaaaaaa.......haaaaaaaaaaaaaaaaa.........!!!!!
Adegan II
(Rakyat semuanya keluar dan mengambil
posisi untu menyaksikan adegan II)
Prolog:
Waktu
berlalu begitu cepat, secepat kilat yang menyambar pepohonan. Hingga saujah dan
istrinya ditangkap oleh juragan. Mereka memperlakukannya seperti pemburu yang
ingin menangkap hewan. Mereke dipenjarakan tanpa adanya belas kasihan.
(adinda
dan saujah keluar dan berakting)
Juragan :
“Tuan...tuan... dan nyonya..nyonya...., salam sejahtera. Nama saya juragan
Santari yang bertindak sebagai juragan gubernur. Dahulu rakyat kecil tidak
mempunyai hak hukum apabila mereka berhadapan dengan adipati dan gubernur. Dan
sekarang apakah rakyat kecil sudah mempunyai hak hukum apabila dia berhadapan
dengan adipati atau gubernur...??!. Bukankah kemerdekaan yang sempurna itu
adalah kemerdekaan negara dan bangsa kalau kita mau berfikir. Tapi apakah
bangsa kita sudah merdeka. Apakah bangsa tanpa hak hukum, sudah disebut bangsa
yang merdeka...??!”.
(Gubernur mauk dan memperkosa adinda
dengan berbagai akting)
Saujah :
“adinda.....adinda......
Aku
dirampok orang di tengah hutan adinda...
Aku
dirampok orang di tengah hutan adinda...
Mereke
menikam perutku adinda, mereka menikam leherku, mereka menikam pumnngungku
adinda....!!
Mereka
juga merampas semua harta yang aku miliki adinda..!!
Adinda :
“Saujah....saujah....!! akang...!!”.
Tanpa
kau tunjukkan jejak yang nyata aku tahu apa yang sedang akang rasa”.
Saujah “Adinda....!!
Adinda....!!
Kemiaskinan
telah memisahkan kita adinda.... Kemiskinan telah menjadikan kita seperti
binatang yang dapat penguasa beli kapan dia mau...
Adinda :
“Sepanjang kisah lajur perjalanan hidup kita akang, tidak sedikitpun adinda
berubah.. tapi mereka... merekalah yang menjadikan aku seperti boneka lapuk di
ujung lemari tua. Mereka telah merenggut kebahagiaan kita akang....
Mereka
telah mencabik-cabik kehormatan adinda...
(Lari
menuju baskom yang ada airnya)
Saya
tidak rela akang....!!
Saya
tidak sudi hidup bersama pemimpin yang
bajingan...!!
Mereka
membeli boneka pelacur di tengah hutan yang sepi...
Menjadikanya
sebagai pelampiasan nafsu sesat..
Aku
tidak rela akang...!!
Aku
tidak sudi..!
Tidak
sudiiiiii.....!!!!!!!!!!
(Suasana senyap dan diiringi lantunan
lagu sedih)
Adegan
III
(Narator
membacakan prolog dan diiringi oleh keluarnya gubernur dan selir)
Prolog :
Penyesalan panjang yang menghantui
mereka berdua.. penyesalan panjang yang menghantui kemiskinan para masyarakat
yang tertindas... telah membuahkan kesengsaraan yang tiada batas. Kecuali tekad
keras yang menghujat kemerdekaan. Kehidupan panjang yang bahagia telah lenyap
dengan begitu saja.. direnggut oleh sang penguasa yang tak tahu moral kehidupan......
Gubernur :
“Hai sampah saujah...!! tidak ada gunanya lagi engkau menangisi kehidupanmu
itu.. karena sebentar lagi aku akan mengirimu ke neraka jahanam....!!
Haaa.haaaaaa.....!!!!
Saujah :
“Bajingan....!! tidak sedikitpun langkahku akan gentar menghadapi bajinagn
negeri sepertimu....!! engkaulah yang akan aku kirim ke dalam neraka
jahanam....! cuiiiihhh......!!!
Gubernur :
“Bangkitlah..... kita lihat siapa yang akan masuk ke dalam neraka terlebih
dahulu....
Sampah
sepertimu atau aku....!!
Saujah :
“Baiklah...Baiklah.... karena itulah yang memang aku tunggu......
Adinda :
“Akang....!!”
(Saujah
dan gubernur berkelahi. Dan perkelahian tersebut dimenangkan oleh saujah)
Prolog:
Atas kemenangan yang telah
diperjuangkan oleh saujah dan masyarakat semuanya untuk melawan para pemimpin
yang rakus, maka kembalilah mereka ke desa yang sangat mereka cintai. Tanah
yang merindukan mereka, menyambut kedatangan saujah dengan sangat gembira.
Kehidupan tenang yang dulu pernah hilang kini kembali lagi ke dalam pangkuan
saujah dan istrinya.
==================== TAMAT=====================
Kamis, 02 Mei 2013
Mikro Teaching
Tanggal 3 Mei 2013
hari ini kami harus kembali menunggu d kelas tanpa adanya seorang dosen yang membimbing......
atau mungkin kuliah ini memang harus dipaksakan untuk belajar sendiri yaa........
tapi tak apelah... walapun dosen kami tak dhe kasih kabar kepada kami kalau nak pergi keluar kota.... tak payah kami nak sedih pula... masih banyak waktu untuk bergarah dengan teman" kami.....
tapi dalam canda kami itulah kami juga merasakan rasa kecewa yang teramat sangat... sudah 2 kali masuk dan tanpa ada alasan yang dapat kami konfirmasikan terlebih dahulu...
tapi kami tetap bangga kepada dosenku yang tercintaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....................!!!!!!!!!!!
hari ini kami harus kembali menunggu d kelas tanpa adanya seorang dosen yang membimbing......
atau mungkin kuliah ini memang harus dipaksakan untuk belajar sendiri yaa........
tapi tak apelah... walapun dosen kami tak dhe kasih kabar kepada kami kalau nak pergi keluar kota.... tak payah kami nak sedih pula... masih banyak waktu untuk bergarah dengan teman" kami.....
tapi dalam canda kami itulah kami juga merasakan rasa kecewa yang teramat sangat... sudah 2 kali masuk dan tanpa ada alasan yang dapat kami konfirmasikan terlebih dahulu...
tapi kami tetap bangga kepada dosenku yang tercintaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....................!!!!!!!!!!!
Mayat Terhormat
MAYAT TERHORMAT
PROLOG:
Selamat malam,…bl a,bla,bla…..(improvisasi)
Sebelum pertunjukan ini dimulai, marilah ada baiknya kita membangun kesepakatan, yaitu hendaknya pertunjukan kita malam ini tidak diganggu bunyi tu-la-lit-tu-la-lit ponsel anda atau pager. Bunyi-bunyi ilegal untuk sementara diharamkan. Maka saya memberi kesempatan kepada anda untuk mengeksplorasi naluri-naluri purba anda: segeralah anda menjadi pembunuh. Bunuhlah pager dan handphone anda ! Ini jauh lebih baik katimbang anda membunuh orang, atau membacok, hanya karena perbedaan visi atau perbedaan pendapat. Kalau nanti ternyata masih tu-la-lit-tu-la-lit, nikmatilah risikonya dipisuhi penonton lain.
Selamat malam,…bl a,bla,bla…..(improvisasi)
Sebelum pertunjukan ini dimulai, marilah ada baiknya kita membangun kesepakatan, yaitu hendaknya pertunjukan kita malam ini tidak diganggu bunyi tu-la-lit-tu-la-lit ponsel anda atau pager. Bunyi-bunyi ilegal untuk sementara diharamkan. Maka saya memberi kesempatan kepada anda untuk mengeksplorasi naluri-naluri purba anda: segeralah anda menjadi pembunuh. Bunuhlah pager dan handphone anda ! Ini jauh lebih baik katimbang anda membunuh orang, atau membacok, hanya karena perbedaan visi atau perbedaan pendapat. Kalau nanti ternyata masih tu-la-lit-tu-la-lit, nikmatilah risikonya dipisuhi penonton lain.
Baiklah saudara. Meskipun saya berdiri di sini
dengan wajah coreng moreng kayak badut, sesungguhnya saya ini bukan badut.
Karena terus terang saja, saya tidak ingin memperbanyak jumlah badut di negeri
ini yang dari hari ke hari jumlahnya terus menggelembung. Kita sudah polusi
badut, over kuota. Semua posisi sudah diisi oleh orang-orang yang lucu dan
menggemaskan, sampai-sampai tukang monolog yang sok nglucu terancam kehilangan
sandang pangannya.
Oke, sekarang saya ingin mengajak para
penonton yang terhormat untuk sekejap menengok keberadaan mayat-mayat. Tapi
saya harap anda jangan membayangkan suasana horor seperti yang sering terlihat
dalam sinetron-sinetron misteri di televisi. Kalau horor di televisi itu, tidak
menakutkan. Tapi justru malah menggelikan. Tidak membikin bulu kuduk berdiri,
tapi malah membikin satu-satunya elemen dalam tubuh saya berdiri. Yah…itulah
salah satu kelebihan bangsa kita: terlalu cerdas, sehingga apa pun yang
dilakukan seringnya meleset dari sasaran. Mau bikin horor malah menggelikan.
Mau mengusut perkara dan menuntaskan kecurangan-kecurangan, ee…hasil yang
dicapai malah penundaan-penundaan dan pengampunan.
Nah sekarang, kita mulai
saja pertunjukan ini dengan pantun pendek:
Kapal keruk talile
kenceng, nyemplung laut dihadang gelombang
Nonton monolog obat puyeng, asal rileks dan dada lapang
Nonton monolog obat puyeng, asal rileks dan dada lapang
BAGIAN PERTAMA
Sebuah sel panggung. Remang dan sayup. terdengar jeruji dipukul monoton. Lalu perlahan sepotong cahaya bagai lembing perak, menghujam tubuh SIWI yang lunglai kepayahan bersandar di jeruji sambil memukul-mukulkan piring seng. Sesekali mengerang, bahkan meraung…
SIWI terus memukul-mukul piring seng. Sampai kemudian muncul suara derap sepatu. Semula pelan, kemudian mengeras dan mengeras. SIWI tergeragap. mendadak piring seng itu berhenti bersuara. menolak dibunyikan. SIWI sekuat tenaga berusaha terus membunyikan piring itu ke jeruji sel. tetapi piring seng itu tertahan diam.
Sebuah sel panggung. Remang dan sayup. terdengar jeruji dipukul monoton. Lalu perlahan sepotong cahaya bagai lembing perak, menghujam tubuh SIWI yang lunglai kepayahan bersandar di jeruji sambil memukul-mukulkan piring seng. Sesekali mengerang, bahkan meraung…
SIWI terus memukul-mukul piring seng. Sampai kemudian muncul suara derap sepatu. Semula pelan, kemudian mengeras dan mengeras. SIWI tergeragap. mendadak piring seng itu berhenti bersuara. menolak dibunyikan. SIWI sekuat tenaga berusaha terus membunyikan piring itu ke jeruji sel. tetapi piring seng itu tertahan diam.
SIWI: (marah kepada
piring seng)
Kenapa? Takut? Kamu ini aneh lho, cuma piring seng saja kok langsung gemeter begitu mendengar derap sepatu. Ayo terus bersuara. Bernyanyilah. Karena hanya kamulah satu-satunya sahabat saya di sini. (Siwi mencoba sekuat tenaga menggerakkan piring itu, tetapi piring itu tetap tak bergerak) Dasar piring pengecut! Ingat, eksistensimu ini sudah kuangkat, sehingga kamu tidak sekadar menjadi alat makan, tapi subyek yang bersuara. Kamu punya hak bersuara. Ayo bersuara! (Kembali Siwi berusaha membunyikan piring itu, tetapi tetap tak bisa). Ayo, toh, sebagai perkakas yang nasibnya sudah saya naikkan derajatnya, mestinya kamu harus tunduk kepadaku. Ngerti! (Malah mendadak, piring itu menyerang kepala Siwi) Eit, kok malah menyerang. Oo, tahu saya, pasti kamu sudah kongkalingkong dengan para aparat itu untuk melawan saya, iya kan?! Pasti diam-diam, saat saya tertidur, kamu keluar sel ini kasak-kusuk dengan mereka, dan menyusun rencana supaya tidak loyal lagi padaku. (Piring itu menggeleng)
Kenapa? Takut? Kamu ini aneh lho, cuma piring seng saja kok langsung gemeter begitu mendengar derap sepatu. Ayo terus bersuara. Bernyanyilah. Karena hanya kamulah satu-satunya sahabat saya di sini. (Siwi mencoba sekuat tenaga menggerakkan piring itu, tetapi piring itu tetap tak bergerak) Dasar piring pengecut! Ingat, eksistensimu ini sudah kuangkat, sehingga kamu tidak sekadar menjadi alat makan, tapi subyek yang bersuara. Kamu punya hak bersuara. Ayo bersuara! (Kembali Siwi berusaha membunyikan piring itu, tetapi tetap tak bisa). Ayo, toh, sebagai perkakas yang nasibnya sudah saya naikkan derajatnya, mestinya kamu harus tunduk kepadaku. Ngerti! (Malah mendadak, piring itu menyerang kepala Siwi) Eit, kok malah menyerang. Oo, tahu saya, pasti kamu sudah kongkalingkong dengan para aparat itu untuk melawan saya, iya kan?! Pasti diam-diam, saat saya tertidur, kamu keluar sel ini kasak-kusuk dengan mereka, dan menyusun rencana supaya tidak loyal lagi padaku. (Piring itu menggeleng)
Sudah jangan mungkir. Di
sini, kamulah satu-satunya sahabatku. Saya berteman dengan
kamu, karena hanya dengan beginilah saya bisa memelihara akal saya. Menjaga
kemampuan saya untuk memelihara harapan, impian. Alangkah konyolnya jika saya
sudah tidak mempunyai harapan. Dan lebih konyol lagi, jika saya tidak punya
kemampuan untuk memelihara harapan. Jadi, tolong, janganlah sekali-kali kamu
membelot, melawanku. Terimalah ketulusan cintaku….. Atau jangan-jangan kamu
ingin agar saya “ad interim” kan? Dik Piring, kamu harus bersyukur, karena kamu
mempunyai kedudukan yang sejajar denganku. Jangan bertingkah, lu. Saya mutasi
jadi kakus, di-beol-in kamu !
Mendadak seperti
terdengar lagi langkah kaki — atau entah apa — begitu pelan, seperti bisikan,
membuat SIWI menajamkan pendengarannya, mendekatkan telinganya ke piring seng
itu. Mendadak piring seng itu meloncat melacang, seperti kaget dan ketakutan.
SIWI : (Berbicara pada
piring seng)
Hai, mau ke mana? Jangan tinggalkan aku. Cepat turun sini. Jangan ngambeg gitu….Ada apa? (Piring seng itu masih melayang-layang, bergerak-gerak seperti bicara) Kamu ngomong apa, sih? Ngomong saja terus terang? (Piring seng itu turun mendekati Siwi, nampak berbisik) Ayo toh jangan bisik-bisik begitu. Ah, yang bener! Kamu jangan sembarangan bisik-bisik lho. Atau kamu mau jadi tukang bisik? Semprul! Yang menentukan kamu mau jadi apa itu aku. Nasibmu sepenuhnya di tanganku. Aku bisa saja menjadikanmu terhormat, tapi juga bisa menjadikan kamu sekadar barang rombengan. Begitu saja kok repot. Sini, apa kamu ingin saya jadikan barang rombengan?!(Piring menggeleng).
Hai, mau ke mana? Jangan tinggalkan aku. Cepat turun sini. Jangan ngambeg gitu….Ada apa? (Piring seng itu masih melayang-layang, bergerak-gerak seperti bicara) Kamu ngomong apa, sih? Ngomong saja terus terang? (Piring seng itu turun mendekati Siwi, nampak berbisik) Ayo toh jangan bisik-bisik begitu. Ah, yang bener! Kamu jangan sembarangan bisik-bisik lho. Atau kamu mau jadi tukang bisik? Semprul! Yang menentukan kamu mau jadi apa itu aku. Nasibmu sepenuhnya di tanganku. Aku bisa saja menjadikanmu terhormat, tapi juga bisa menjadikan kamu sekadar barang rombengan. Begitu saja kok repot. Sini, apa kamu ingin saya jadikan barang rombengan?!(Piring menggeleng).
Makanya, sebagai aparat
kamu ini jangan semena-mena, apalagi dengan orang sipil macam aku. (Piring
ngambeg, lalu melayang lagi menjauhi Siwi). Lho,lho…jangan kabur….Percayalah,
meskipun aku ini sipil yang sedang berkuasa — setidak-tidaknya atas dirimu —
aku tidak akan menyakiti kamu, apalagi menculik atau melenyapkan kamu. Aku
justru ingin menjadikanmu piring yang mandiri, piring yang merdeka….
Di gertak begitu,
piring itu langsung mengkerut, takut. Lalu SIWI berusaha membunyikan piring itu
kembali, tetapi mendadak terdengar suara derap sepatu, membuat SIWI ketakutan.
SIWI: (Setelah suara sepatu itu berlalu,
ngomong kepada piring seng)
Ternyata kita ini sama-sama penakut, ya. Ternyata ada yang lebih berkuasa daripada saya yang orang sipil ini. Ternyata ada yang lebih aparat daripada aparat macam kamu. Mereka adalah aparat yang hanya bisa membentak, memerintah dan memaksa kita untuk patuh melalui teror dan ketakutan. Ternyata kita ini senasib. Ternyata kita ini sama-sama sipil! Sama-sama rombengan! (Membanting piring seng).
Ternyata kita ini sama-sama penakut, ya. Ternyata ada yang lebih berkuasa daripada saya yang orang sipil ini. Ternyata ada yang lebih aparat daripada aparat macam kamu. Mereka adalah aparat yang hanya bisa membentak, memerintah dan memaksa kita untuk patuh melalui teror dan ketakutan. Ternyata kita ini senasib. Ternyata kita ini sama-sama sipil! Sama-sama rombengan! (Membanting piring seng).
SIWI terpuruk. Musik
tipis mengalun. Sel itu kembali ditangkup kesunyian yang menekan. Siwi
menggelar tikar. Minum. Suasana kendor….Siwi mengambil kartu, lalu
membanting-banting kartu seakan-akan sedang berjudi….
SIWI: (Setengah mengeluh,
setengah meracau)
Penjara… Kuburan…. apakah yang membedakan keduanya? Barangkali tak ada. Setiap orang tak ada yang ingin memikirkan keduanya. Berusaha sedapat mungkin tak bersentuhan dengannya. Orang tak ingin berhubungan dengan kuburan, karena selalu mengingatkan pada kematian. Dan orang tak mau berurusan dengan penjara, karena juga sering kali berujung kematian…
Penjara… Kuburan…. apakah yang membedakan keduanya? Barangkali tak ada. Setiap orang tak ada yang ingin memikirkan keduanya. Berusaha sedapat mungkin tak bersentuhan dengannya. Orang tak ingin berhubungan dengan kuburan, karena selalu mengingatkan pada kematian. Dan orang tak mau berurusan dengan penjara, karena juga sering kali berujung kematian…
Dengan payah, ia berusaha bangkit, kembali
menerawang keluar jeruji, memukul-mukul piring seng, kemudian bergerak pelan ke
arah bibir panggung, dan suara musik yang sayup perlahan menghilang, bagai
angin yang bergerak menjauh…
SIWI: (Kepada penonton)
Anda pasti membayangkan, kalau saya ini tokoh besar. Tokoh oposisi yang ditangkap kemudian dipenjarakan. Ya, setidaknya seorang demonstran militan. Wouw…betapa gagah dan mulianya prasangkaan saudara itu. Semestinya, saya ini harus merawat kesalahpahaman itu sebaik mungkin, agar saya bisa sedikit terhibur. Sehingga diam-diam saya ini bisa merasa bahwa diri saya ini memang orang penting, orang besar yang selalu ditakuti penguasa.
Tapi, sebentar….(Mencermati sosoknya sendiri) Saya kok ya curiga, jangan-jangan saya ini memang orang besar,…. Setidak-tidaknya ada yang besar di dalam diri saya…. Iya lho, jangan-jangan saya ini benar-benar pemberani, militan dan cerdas. (Siwi meminta konfirmasi pada pring yang tergolek di lantai, lalu mematut diri seperti orang bercermin) Iya kan ? Coba lihat, setidaknya saya ini punya potongan sebagai pembangkang.. (Bertanya kepada piring) Pantas kan saya jadi pembangkang ? Soalnya, jadi pembangkang itu ternyata ada enaknya: kalau nasib baik, bisa terpelanting naik jadi penguasa atau setidak-tidaknya jadi petinggi negara. Perkara sesudah jadi penguasa lalu lupa berjuang, itu bukan soal pengkhianatan. Bukan. Itu justru menunjukkan sikap Konsisten untuk selalu tidak konsisten….(Pause)
Anda pasti membayangkan, kalau saya ini tokoh besar. Tokoh oposisi yang ditangkap kemudian dipenjarakan. Ya, setidaknya seorang demonstran militan. Wouw…betapa gagah dan mulianya prasangkaan saudara itu. Semestinya, saya ini harus merawat kesalahpahaman itu sebaik mungkin, agar saya bisa sedikit terhibur. Sehingga diam-diam saya ini bisa merasa bahwa diri saya ini memang orang penting, orang besar yang selalu ditakuti penguasa.
Tapi, sebentar….(Mencermati sosoknya sendiri) Saya kok ya curiga, jangan-jangan saya ini memang orang besar,…. Setidak-tidaknya ada yang besar di dalam diri saya…. Iya lho, jangan-jangan saya ini benar-benar pemberani, militan dan cerdas. (Siwi meminta konfirmasi pada pring yang tergolek di lantai, lalu mematut diri seperti orang bercermin) Iya kan ? Coba lihat, setidaknya saya ini punya potongan sebagai pembangkang.. (Bertanya kepada piring) Pantas kan saya jadi pembangkang ? Soalnya, jadi pembangkang itu ternyata ada enaknya: kalau nasib baik, bisa terpelanting naik jadi penguasa atau setidak-tidaknya jadi petinggi negara. Perkara sesudah jadi penguasa lalu lupa berjuang, itu bukan soal pengkhianatan. Bukan. Itu justru menunjukkan sikap Konsisten untuk selalu tidak konsisten….(Pause)
Tapi celakanya, saya ini cuma seorang juru
kunci. Kekuasaan saya cuma sebatas kuburan dan tulang-tulang berserakan. Itupun
cuma juru kunci kuburan umum. Tentu, nasib saya akan jauh lebih baik, misalnya,
kalau saya ini juru kunci Taman Makam Pahlawan. Sebab, menjadi juru kunci Taman
Makam Pahlawan tentu lebih prestisius dan memiliki banyak privilige. Lha ya
jelas, lha wong yang diurusi itu jazad para pahlawan.Ingat…p a h a l a w a n
(sambil menggelembungkan mulut). Meskipun yang disebut pahlawan itu lebih pada
orang-orang yang memegang senapan. Istilah yang digunakan saja beda. Kalau orang
bersenapan yang mati maka ia disebut gugur dalam tugas: Gugur satu tum uh
seribu, tunai sudah janji bhakti…. Lho mati saja ada lagunya. Coba kalau orang
biasa yang mati, paling banter disebut meninggal. Apalagi kalau hanya kere yang
mati, maka dengan semena-mena ia disebut tewas atau koit atau bahkan modar. Kok
nggak ada ya kere mati disebut gugur dalam tugas. Padahal seorang kere pun pada
galibnya juga punya tugas mulia…, karena kemuliaan itu ada ukurannya
sendiri-sendiri, tergantung bagaimana kita memaknai kemuliaan itu,…..meskipun
ya kebangetan jika tiba-tiba ada kere yang merasa benar-benar mulia. Gila masyarakat kita ini, ternyata masyarakat mayat pun disekat-sekat oleh
kelas, tergantung dari status sosialnya. Dan sejarah yang ditulis para
pendekar, cenderung menganggap senapan sebagai ukuran kepahlawanan. Bukan pada
kecemerlangan otak, ketulusan pengabdian, dan ketegaran integritas dirinya.
Tapi, saya tidak ambil
peduli. Meskipun mayat-mayat yang saya urusi tidak dikategorikan sebagai
pahlawan, saya toh bangga. Bangga sekaligus terharu, karena mayat-mayat yang
saya urus tak pernah mengeluh, meskipun tempat persemayamannya…panas, gerah,
sumuk,….Mereka tidak minta AC untuk ruang kuburnya. Sangat berbeda dengan
mayat-mayat di kuburan Senayan, baru sekali saja jadi mayat, sudah macem-macem
menuntut ini-itu, minta kenaikan gaji…
Akhirnya saya paham. Kalau toh mereka itu tak
banyak menuntut ini-itu, barangkali mayat-mayat itu memang sudah lama terdidik
dan terbiasa hidup menderita ketika hidup di dunia. Sehingga wajar, misalnya,
jika mereka lebih merasa nyaman di kuburan. Karena
di dalam kubur mereka tidak pernah mengalami tekanan-tekanan dalam bentuk apa
pun. Mayat-mayat yang urus itu begitu santun. Mereka adalah klien-klien saya
yang terhormat, meskipun bisa jadi mereka mati tidak dengan cara terhormat.
Mungkin saja ada yang terpaksa diseyogyakan untuk mati karena diberi bonus
peluru, atau mendapatkan kehormatan dengan dijerat lehernya, atau dipaku
kepalanya, diperam dalam kulkas…Dan ada satu mayat perempuan yang membisiki,
bahwa ia mati disebabkan kemaluannya dimasuki benda bulat , panjang dan tumpul:
selonjor besi. Ya….selonjor besi yang bulat, panjang dan tumpul itu dimasukkan
pelan-pelan, kemudian ditekan sekuat tenaga. Sehingga rahimnya hancur, kemudian
ia dibuang di sebuah hutan. Saya benar-benar terkesima dengan nasib mayat
sahabat saya itu. Mbak, mbak, mbak…wahai mayat yang selalu hadir dalam mimpi
burukku, di manakah kamu ? Ceritakan
padaku tentang dirimu…
- Apa sih status Anda waktu hidup di dunia?
+ Saya hanyalah seorang buruh…
- Lalu kenapa Anda sampai meninggal?
+ Saya dituduh memimpin demonstrasi kenaikan gaji.
- Bukankah Anda yang bernama….
+ Jangan sebut nama saya. Nama saya telah menjadi hantu yang menakutkan bagi orang-orang yang dengan bangganya menghabisi saya demi perut mereka.
- Tapi nama Anda sudah sangat terkenal. Bahkan menjadi legenda yang cukup menggoncang dunia peradilan…
+ Dunia peradilan hanya terguncang. Namun tak mampu berbuat apa-apa. Nama saya hanya berhenti sebagai fakta, sebagai data yang disimpan dalam berkas-berkas mereka.
- Apakah Anda bisa menyebut nama orang-orang yang melenyapkan Anda?
+ Tidak. Kalau saya sebutkan, mereka pasti akan membunuh saya lagi. Saya takut untuk mati yang kedua kali.
+ Saya hanyalah seorang buruh…
- Lalu kenapa Anda sampai meninggal?
+ Saya dituduh memimpin demonstrasi kenaikan gaji.
- Bukankah Anda yang bernama….
+ Jangan sebut nama saya. Nama saya telah menjadi hantu yang menakutkan bagi orang-orang yang dengan bangganya menghabisi saya demi perut mereka.
- Tapi nama Anda sudah sangat terkenal. Bahkan menjadi legenda yang cukup menggoncang dunia peradilan…
+ Dunia peradilan hanya terguncang. Namun tak mampu berbuat apa-apa. Nama saya hanya berhenti sebagai fakta, sebagai data yang disimpan dalam berkas-berkas mereka.
- Apakah Anda bisa menyebut nama orang-orang yang melenyapkan Anda?
+ Tidak. Kalau saya sebutkan, mereka pasti akan membunuh saya lagi. Saya takut untuk mati yang kedua kali.
SIWI tersadarkan. Lalu berkata:
Kenapa aku justru dleweran ngurusi persoalan besar yang masih gelap ? Bukankah persoalanku sendiri masih gelap ? Aku sendiri tak pernah tahu, bahwa diriku memiliki kelayakan untuk dikurung seperti ini. Tapi soalnya barangkali bukan layak atau tidak layak untuk dipenjara. Yang jelas, kasus ini butuh korban. Butuh tumbal. Dan aku menolak untuk ditumbalkan !
Besok, kepada interogrator akan saya katakan persoalan yang sesungguhnya. Biar semuanya jelas. (SIWI MENGANTUK) Oalllah…..interograsi, interograsi….Lagi-lagi interograsi…..
Kenapa aku justru dleweran ngurusi persoalan besar yang masih gelap ? Bukankah persoalanku sendiri masih gelap ? Aku sendiri tak pernah tahu, bahwa diriku memiliki kelayakan untuk dikurung seperti ini. Tapi soalnya barangkali bukan layak atau tidak layak untuk dipenjara. Yang jelas, kasus ini butuh korban. Butuh tumbal. Dan aku menolak untuk ditumbalkan !
Besok, kepada interogrator akan saya katakan persoalan yang sesungguhnya. Biar semuanya jelas. (SIWI MENGANTUK) Oalllah…..interograsi, interograsi….Lagi-lagi interograsi…..
Mendadak terdengar derap
suara sepatu. SIWI ketakutan. Ia segera bersembunyi dan tidur meringkuk di
salah satu ruangan sel.
Musik keras menyapu.
Musik keras menyapu.
BAGIAN DUA
Ketika SIWI tertidur, setting jeruji penjara
berubah menjadi gerbang kuburan yang mendadak terbuka. Terdengar suara deru
truk, mengeram dalam kelam. lalu mengendap derap kaki, memasuki kuburan,
teriakan-teriakan yang seakan menyembunyikan rahasia, tetapi diucapkan dengan
tergesa. Semua menggambarkan suasana pemakaman ratusan mayat, yang
serba darurat: cepat dan gawat. SIWI, perlahan-lahan bangun dari tidurnya,
tergeragap menyaksikan semua itu. Lalu ia pelan-pelan mengendap dalam gelap.
Sampai kemudian suara truk menderu, menjauh.
SIWI: (Mengamati timbunan
tanah, sesekali mengoreknya dengan tangannya, gugup….)
Satu.., tiga… sepuluh… Empat ratus….seribu lima ratus….lima ribu…. (Terus menghitung).
Dari malam ke malam semakin banyak saja mayat yang mereka lemparkan ke kuburan terpencil ini. Ini sudah malam yang ke sepuluh atau entah ke berapa. Otak saya jadi malas mengingat, karena begitu seringnya hal ini terjadi. Aneh. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Sepanjang saya jadi penjaga makam, baru kali ini saya mengalami kejadian seaneh ini. Saya memang mendengar kalau saat ini sering terjadi pembunuhan. Jangan-jangan ini bukan sekadar pembunuhan, tapi pembantaian… (Siwi terus bergerak ke sekeliling panggung, mengamati “mayat-mayat” yang terkubur bergelimpangan tak sempurna. Ia terkepung oleh hamparan mayat yang begitu mengenaskan. Berulangkali ia memungut sesuatu dan mengamati “benda” yang ada di tangannya, dan ia selalu kaget terbelalak). Kepala…biji mata….tangan….kaki… Gila…tubuh manusia dicerai berai seenak wudelnya sendiri. Rupanya iblis sudah menjelma pada diri manusia. Perilaku mereka jauh lebih iblistik daripada iblis itu sendiri. (Siwi terus bergerak mengamati “mayat-mayat” yang bergelimpangan. Musik. Siwi menguburkan mayat-mayat dalam suasana yang karikatural, sampai akhirnya terhenti ketika menjumpai mayat perempuan berkuning langsat)
Satu.., tiga… sepuluh… Empat ratus….seribu lima ratus….lima ribu…. (Terus menghitung).
Dari malam ke malam semakin banyak saja mayat yang mereka lemparkan ke kuburan terpencil ini. Ini sudah malam yang ke sepuluh atau entah ke berapa. Otak saya jadi malas mengingat, karena begitu seringnya hal ini terjadi. Aneh. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Sepanjang saya jadi penjaga makam, baru kali ini saya mengalami kejadian seaneh ini. Saya memang mendengar kalau saat ini sering terjadi pembunuhan. Jangan-jangan ini bukan sekadar pembunuhan, tapi pembantaian… (Siwi terus bergerak ke sekeliling panggung, mengamati “mayat-mayat” yang terkubur bergelimpangan tak sempurna. Ia terkepung oleh hamparan mayat yang begitu mengenaskan. Berulangkali ia memungut sesuatu dan mengamati “benda” yang ada di tangannya, dan ia selalu kaget terbelalak). Kepala…biji mata….tangan….kaki… Gila…tubuh manusia dicerai berai seenak wudelnya sendiri. Rupanya iblis sudah menjelma pada diri manusia. Perilaku mereka jauh lebih iblistik daripada iblis itu sendiri. (Siwi terus bergerak mengamati “mayat-mayat” yang bergelimpangan. Musik. Siwi menguburkan mayat-mayat dalam suasana yang karikatural, sampai akhirnya terhenti ketika menjumpai mayat perempuan berkuning langsat)
Astaga…saya kenal
perempuan ini. Kenapa ia harus mati. Gila…aroma kematiannya masih terasa
menyengat, dan dari selangkangnya masih mengalir darah. Sempat-sempatnya
pembunuh itu menyempurnakan keiblisannya sehingga hancurlah kehormatan
perempuan ini…(Mayat perempuan itu merintih)
“Saya tidak tahu apa
kesalahan kami. Tiba-tiba saya lihat puluhan orang datang menyerbu toko kami.
Harta benda kami dijarah. Mereka seperti menumpahkan kebencian kepada kami.
Papah dan mamah saya disiksa, sementara saya dan cacik saya dijadikan pesta.
Keluarga kami dibantai. Toko kami dibakar lalu papah saya dilempar ke dalam
lautan api. Juga
mamah saya, cacik saya, engkoh saya, dan saya…”
Gila ! Peradaban apa ini ? Bagaimana mungkin
nafsu dan kekejaman bisa bekerja sama secara kompak begini? Manajemen kekejaman
macam apa yang mereka gunakan? Apakah ini yang disebut kekejaman dengan
paradigma baru? (Pause) Paradigma-paradigma ndasmu!
Siwi mengangkat satu
persatu mayat itu, dengan perasaan tertahan. Ia berulangkali mau muntah mencium
anyir darah. Ia mematung di antara “mayat-mayat”. Cemas.
SIWI : Barangkali kuburan
ini tak cukup menampung mayat-mayat tak bernama itu. Ribuan orang mati, serapuh
daun rontok ditiup angin. (Pause) Kenapa begitu gampang orang mati? Kenapa
begitu ringan orang membunuh, seringan orang mencabuti bulu ketiak?. Mereka tak
lagi butuh alasan untuk membunuh. Dan para korban pun dipaksa tak boleh tahu
kenapa harus mati. Apakah mereka harus mati hanya karena berbeda warna
kulitnya, beda bentuk matanya, berlainan cara bicara dan bahasanya, atau hanya
karena tidak sama ketika menyembah Tuhannya. Kenapa untuk semua perbedaan itu,
sekarang ini orang harus mati ?
Aneh, begitu banyak orang
tak berdosa mati. Sementara orang yang dosanya luar biasa banyaknya malah tidak
mati-mati. Ini sangat-sangat tidak fair. Ini sudah kebangeten. (Pause) Saya
jadi percaya, maut ternyata tidak bisa bekerja sendirian. Sebab, maut bisa
diciptakan. Maut bisa diselenggarakan oleh siapa pun yang berkuasa. Mereka bisa
menaburkan maut kapan saja, sehingga udara yang terhisap selalu berbau
kematian. Ya…kematian yang bisa di order kapan saja…. (Siwi menyulut rokoknya.
Menghembuskan asap kuat-kuat)
(Siwi tiba-tiba tersadar
jika dirinya telah ngelantur) Lho, lho….saya ini kan cuma penjaga makam, juru
kunci kuburan, kok heroik banget ta ? Seharusnya, saya tak perlu repot-repot
memikirkan soal ini. Biarin aja, gitu aja kok repot. Bukankah bagi saya
kematian itu sudah menjadi hal biasa. Malah, kalau sehari tak ada orang mati,
bagi saya justru aneh. Saya jadi kehilangan peluang. Penghasilan pun berkurang.
Jadi mestinya kalau ada orang mati, diam-diam saya bersyukur. Itulah sebabnya,
— jangan bilang-bilang ya — setiap hari saya sering berdoa agar Tuhan
memperbanyak jumlah angka kematian: Tuhan kirimkan kematian ke kuburan kami,
Gusti Allah paringana sripah…
Tapi tentu saja, saya cuma berharap pada
kematian yang wajar. Yaitu, orang yang benar-benar mati karena dipanggil
Tuhan, bukan karena dimatikan. Lho…jelek-jelek, saya ini penjaga makam yang
sedikit tahu etika, tahu fair play, win and win solution, cingcay…. Karena itu
pula, di kuburan sini saya tak pernah main kadal-kadalan. Saya ogah melakukan
korupsi, habis memang tidak ada yang layak dikorupsi di sini. Apa, bunga? Masih
lumayan kalau bunga bank! Apa, kemenyan? Lumayan juga, bisa untuk mut-mutan.
Mosok, saya harus rebutan dengan dhemit?
Kalau toh saya harus
melakukan tindakan ilegal, paling banter saya cuma menyewakan tempat bagi
pasangan yang nggak kuat sewa hotel. Short-time di sini lebih murah..
Nah, lihat, di pojok yang
gelap sebelah sana biasanya mereka main. Cukup menggelar koran. Heran saya, apa
ya mereka nggak takut ganthet! Tapi ini juga keuntungan sampingan yang cukup
lumayan. Di samping dapat uang sewa tempat, sekali-kali saya juga bisa….
mengintip mereka….Jadi setiap malam saya bisa lihat siaran langsung”BF”. Pada
awalnya memang seru dan syur. Tapi lama-lama bosen juga. Habis gayanya monoton
sih…Mereka kurang berani melakukan terobosan kreatif dan penjelajahan estetik.
Terlalu kuno dan konvensional!
Ya, begitulah, saudara-saudara. Ternyata saya
tak cuma berurusan dengan mayat, tapi juga dengan bermacam orang dengan beragam
watak. Ada yang memang datang untuk ziarah kubur. Tapi ada juga yang datang
untuk minta berkah. Itu lho, di tengah-tengah itu, biasanya puluhan orang
bertirakat di bawah pohon beringin besar itu. Katanya sih ada yang menunggu
pohon beringin itu. Kata orang-orang itu juga, di bawah pohon beringin itu
tersimpan harta karun yang luar biasa banyaknya. Pikiran gendheng macam apa
ini. Apa ya memang dulu ada raja yang menguras duit negara lalu menyimpannya di
bawah akar-akar beringin itu, sehingga harta korupsinya tak terlacak?! Tidak
faham saya. Lho percaya kok sama beringin…
BREAK. ISTIRAHAT.
SIWI tersentak. Ia mendengar suara mengerang.
Suara itu sesungguhnya sudah mulai terdengar sayup saat siwi masih asyik
bicara. Sampai kemudian erangan itu menyadarkan SIWI dan membuatnya segera
mencari asal suara. Lalu ia mendapati satu tubuh yang tergolek, kotor dan
payah, setengah hidup-setengah mati, tangannya menggapai-gapai minta tolong.
segera SIWI membopong tubuh itu, kepayahan menyeretnya ke tempat yang lebih
terang. Dengan satu gerakan, SIWI berubah posisi: menggeletak payah dengan
tangan menggapai-gapai. siwi berubah peran jadi mayat (seorang mahasiswa)
MAHASISWA: (Mengerang kepayahan)
Tollooonggg….. aduhhhh…aduhhhh…panas….panas…panas (Terus mengerjat-ngerjat)….Tolong….air….air…..kalau ada teh panas juga boleh…..
Tollooonggg….. aduhhhh…aduhhhh…panas….panas…panas (Terus mengerjat-ngerjat)….Tolong….air….air…..kalau ada teh panas juga boleh…..
Dengan satu gerakan mayat itu kembali berubah
jadi SIWI: Mencoba menolong dan menenangkan
SIWI: Tenang, Mas…
Tenang… Saya Siwi. Ya…
S..i..w..i..(Es -ai - double you- ai)! Penjaga makam di sini. Nggak usah takut.
Ayo, duduklah. Mau minum lagi? (Siwi bergerak mengambil air minum, kembali, dan
meminumkannya pada mahasiswa itu, imajiner) Nah, begitu kan enak. Mas aman di
sini.
SIWI berubah jadi mahasiswa
MAHASISWA:
Apakah saya ada di neraka ? Kok panasnya bukan main….Aduhhhh jangan masukkan saya ke neraka…..Jangan….Jangan siksa saya….Jangan potong kemaluan saya. Percayalah….selama hidup jadi mahasiswa, saya selalu menggunakan kemaluan saya untuk hal-hal yang tidak memalukan. Tapi….. kalau toh cuma sesekali….pernah juga….Tapi,…tapi… itu saya lakukan dengan amat sangat terpaksa, karena nggak kuat nagmept. Tapi itu cuma sekali,….she, dua kali….Pertama dengan pacar saya….Kedua, dengan ibu kost saya….Tapi percayalah, dialah yang memaksa saya, sehingga saya pun terpaksa dengan penuh suka rela, memenuhi permintaannya yang penuh paksaan itu….Itupun terpaksa saya lakukan, karena saya mencoba menghargai paksaannya yang memang saya harapkan
Apakah saya ada di neraka ? Kok panasnya bukan main….Aduhhhh jangan masukkan saya ke neraka…..Jangan….Jangan siksa saya….Jangan potong kemaluan saya. Percayalah….selama hidup jadi mahasiswa, saya selalu menggunakan kemaluan saya untuk hal-hal yang tidak memalukan. Tapi….. kalau toh cuma sesekali….pernah juga….Tapi,…tapi… itu saya lakukan dengan amat sangat terpaksa, karena nggak kuat nagmept. Tapi itu cuma sekali,….she, dua kali….Pertama dengan pacar saya….Kedua, dengan ibu kost saya….Tapi percayalah, dialah yang memaksa saya, sehingga saya pun terpaksa dengan penuh suka rela, memenuhi permintaannya yang penuh paksaan itu….Itupun terpaksa saya lakukan, karena saya mencoba menghargai paksaannya yang memang saya harapkan
SIWI: Anda ini kok malah bikin pengakuan
segala…Ehhh Mas…berdosa ya berdosa, tapi jangan jujur-jujur amat. Mestinya Anda
ini justru harus berbelit-belit, bahkan kalau perlu bikin segala macam trik,
biar pemeriksaannya bisa lebih dramatik. Pakai pura-pura sakit,
siapa tahu nanti dikasihani, terus diampuni. Tapi ngapai pakai ngaku-ngaku
segala, lha wong situ masih di alam kubur. Belum di alam sono….
MAHASISWA:
Lho,….saya masih di alam kubur ? Pantesan…kok gelap. Trus, anda ini siapa ? Interogrator alam kubur ya ? Aduhhhhhh….jangan periksa saya. Jangan. Saya tidak siap diperiksa. Jangan….jangan ! Jangan cecar saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Jangan….Selama hidup jadi mahasiswa, saya sudah terlalu capek menjawab pertanyaan yang sulit-sulit dari dosen saya, apalagi untuk pertanyaan bersifat esai,….saya malah sering bingung. Kalau you mau bertanya kepada saya, yang gampang-gampang saja ya….chek point saja. Jadi saya tinggal melingkari saja….
Lho,….saya masih di alam kubur ? Pantesan…kok gelap. Trus, anda ini siapa ? Interogrator alam kubur ya ? Aduhhhhhh….jangan periksa saya. Jangan. Saya tidak siap diperiksa. Jangan….jangan ! Jangan cecar saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Jangan….Selama hidup jadi mahasiswa, saya sudah terlalu capek menjawab pertanyaan yang sulit-sulit dari dosen saya, apalagi untuk pertanyaan bersifat esai,….saya malah sering bingung. Kalau you mau bertanya kepada saya, yang gampang-gampang saja ya….chek point saja. Jadi saya tinggal melingkari saja….
SIWI: Saya ini Siwi…..Penjaga kuburan ini.
Tenanglah,…anda nggak usah panik. Anda ini belum mati. Ayo diminum lagi….Nah,
segar kan ? Nah, duduklah dengan tenang. Ambil nafas dalam-dalam lalu hembuskan
pelan-pelan. Tak perlu khawatir,…di sini anda aman.
MAHASISWA: (kembali panik)
Tapi orang-orang bertopeng itu ? Jumlah mereka banyak. Sangat banyak. Lihat ! Lihat ! Mereka berderap-derap kemari. Jangan….jangan siksa saya ! jangan bunuh saya ! Bukan saya penggeraknya. Bukan. Jangan….jangan copot jantung saya….
Tapi orang-orang bertopeng itu ? Jumlah mereka banyak. Sangat banyak. Lihat ! Lihat ! Mereka berderap-derap kemari. Jangan….jangan siksa saya ! jangan bunuh saya ! Bukan saya penggeraknya. Bukan. Jangan….jangan copot jantung saya….
SIWI:
Jantung ? Bukankah jantung anda masih ada ? Coba….raba dada anda…Nah masih berdenyut kan ? Anda masih hidup
Jantung ? Bukankah jantung anda masih ada ? Coba….raba dada anda…Nah masih berdenyut kan ? Anda masih hidup
MAHASISWA:
Benarkah saya masih hidup. Kemarin saya merasa sudah mati. Dada saya terasa pecah. Entah oleh apa. Entah oleh siapa. Tapi saya melihat kelebat orang-orang bertopeng itu meringkus saya, membekap saya, mencekik saya…. Tubuh saya berulangkali dibanting, diinjak, diludahi. Dan mendadak ada tangan-tangan berkelebat menghunjamkan belati di dada saya. Ya….. darah segar muncrat. Terus mengalir. Deras. Amat deras. Sampai berliter-liter. Pandangan saya berkunang-kunang. Saya jatuh…terkapar…tak berdaya…. Di dalam kesadaran saya yang timbul tenggelam, saya rasakan mereka menyeret tubuh saya. Terus menyeret sampai jauh. Sampai saya sadar….sampai akhirnya anda menemukan saya di sini…di kuburan sunyi ini…(Pause).
Mas Siwi,…saya berterimakasih karena anda telah menyelamatkan saya. Tapi meski nasibnya cukup beruntung, saya toh tetap sedih. Puluhan, bahkan ratusan teman saya mati mengenaskan di jalan-jalan, di selokan-selokan. Mereka beramai-ramai dibantai, justru ketika mencoba menghentikan pembantaian gila ini. Kami memperjuangkan pikiran waras, tapi orang-orang bertopeng itu menjawabnya dengan nyalak senapan dan gebukan pentungan. Mas Siwi, kita harus menghentikan proyek gila ini !
Benarkah saya masih hidup. Kemarin saya merasa sudah mati. Dada saya terasa pecah. Entah oleh apa. Entah oleh siapa. Tapi saya melihat kelebat orang-orang bertopeng itu meringkus saya, membekap saya, mencekik saya…. Tubuh saya berulangkali dibanting, diinjak, diludahi. Dan mendadak ada tangan-tangan berkelebat menghunjamkan belati di dada saya. Ya….. darah segar muncrat. Terus mengalir. Deras. Amat deras. Sampai berliter-liter. Pandangan saya berkunang-kunang. Saya jatuh…terkapar…tak berdaya…. Di dalam kesadaran saya yang timbul tenggelam, saya rasakan mereka menyeret tubuh saya. Terus menyeret sampai jauh. Sampai saya sadar….sampai akhirnya anda menemukan saya di sini…di kuburan sunyi ini…(Pause).
Mas Siwi,…saya berterimakasih karena anda telah menyelamatkan saya. Tapi meski nasibnya cukup beruntung, saya toh tetap sedih. Puluhan, bahkan ratusan teman saya mati mengenaskan di jalan-jalan, di selokan-selokan. Mereka beramai-ramai dibantai, justru ketika mencoba menghentikan pembantaian gila ini. Kami memperjuangkan pikiran waras, tapi orang-orang bertopeng itu menjawabnya dengan nyalak senapan dan gebukan pentungan. Mas Siwi, kita harus menghentikan proyek gila ini !
SIWI:
Kita ? Kita siapa ? bagaimana pun kita ini beda. Anda mahasiswa. Saya cuma juru kunci. Mahasiswa itu masa depannya jelas, bisa lulus sarjana, jadi birokrat, jadi politikus, jadi pengusaha….Sedang juru kunci ? Mau jadi apa ? Juru kunci itu jabatan paripurna. Pol. Mosok, ada juru kunci terpeleset jadi Dirjen Pemakaman…..
Kita ? Kita siapa ? bagaimana pun kita ini beda. Anda mahasiswa. Saya cuma juru kunci. Mahasiswa itu masa depannya jelas, bisa lulus sarjana, jadi birokrat, jadi politikus, jadi pengusaha….Sedang juru kunci ? Mau jadi apa ? Juru kunci itu jabatan paripurna. Pol. Mosok, ada juru kunci terpeleset jadi Dirjen Pemakaman…..
MAHASISWA:
Meskipun mas Siwi ini cuma juru kunci, tapi Mas Siwi tahu banyak soal pembantai ini. Mas Siwi mesti berani jadi saksi kunci untuk membongkar kasus ini…
Meskipun mas Siwi ini cuma juru kunci, tapi Mas Siwi tahu banyak soal pembantai ini. Mas Siwi mesti berani jadi saksi kunci untuk membongkar kasus ini…
SIWI: (kaget, bahkan
setengah takut)
Saksi kunci ? Aduhhhhh…jangan Mas…apalah saya ini. Saya ini cuma teri yang gampang diuntal oleh ikan-ikan kakap
Saksi kunci ? Aduhhhhh…jangan Mas…apalah saya ini. Saya ini cuma teri yang gampang diuntal oleh ikan-ikan kakap
MAHASISWA:
Justru karena kita teri, maka kita harus berani bersaksi, agar ikan-ikan besar itu tidak sewenang-wenang melalap jutaan teri yang lain. Tapi semuanya terserah mas Siwi. Saya cuma menganjurkan….
Justru karena kita teri, maka kita harus berani bersaksi, agar ikan-ikan besar itu tidak sewenang-wenang melalap jutaan teri yang lain. Tapi semuanya terserah mas Siwi. Saya cuma menganjurkan….
Dan kelebat bayangan orang-orang bertopeng itu
bagai bermunculan dari rimbun kelam. SIWI ketakutan, mencoba sembunyi.
Sementara SIWI sendiri langsung pontang-panting menyelamatkan diri. Beberapa
saat kemudian, kelebat bayangan “orang-orang bertopeng” itu menghilang. SIWI
merasa selamat dari ancaman, meski ia masih juga cemas dan ngos-ngosan.
SIWI: Orang-orang
bertopeng itu lagi. Siapakah sebenarnya mereka? Apa hubungan orang-orang
bertopeng itu dengan pembantaian demi pembantaian yang kini berkecamuk di
mana-mana?! Apakah orang-orang bertopeng itu yang mengirim mayat-mayat ke sini?
(SIWI mengamati sekeliling, melangkah hati-hati, takut menginjak mayat-mayat
yang bergelimpangan memenuhi kuburan) Bau kematian yang berpusaran memenuhi
udara. Apakah mereka tak bisa lebih beradab sedikit dengan memberi penghormatan
yang layak bagi mayat-mayat ini? Boleh jadi ketika hidup, mayat-mayat ini
memang pencoleng, perusuh, pemberontak — atau apa saja. Tetapi bukan berarti
mayat-mayat ini boleh dilempar begitu saja ke kuburan, tanpa penghormatan.
Lalu SIWI bergerak ke
satu sudut, mengambil bendera-bendera putih mungil yang terikat pada
batang-batang bambu kecil. kemudian mencapkan bendera-bedera putih itu ke
tanah, seperti tengah menanam nisan, sambil terus bicara….
SIWI: Aku tak kenal
kalian, tapi aku tak bisa membiarkan kalian terkubur tanpa penghormatan.
(Menancapkan bendera-bendera putih itu) Anggap saja ini upacara kecil bagi
kematian kalian. Semoga saja bisa membuat kalian sedikit terhibur. Aku tak
punya banyak dana untuk membiayai upacaya besar bagi penguburan kalian. Aku
cuma penjaga kuburan. Maafkan, kalau upacara ini kurang sempurna. Tak ada
terompet yang mengringi pemakaman kalian, tak ada tembakan salvo, tak ada
liputan televisi, tak ada bunga, tak ada kembang api…. (Terus menanami
bendera-bendera putih itu, sampai hampir memenuhi semua sudut kuburan.
Sementara itu bagai doa yang mengiringi upacara kecil SIWI, terdengar suara
gemeremang, seperti suara-suara orang bertahil. Seperti suara-suara orang
berdoa yang menggigil. Begitu gaib. Suara itu menjadi bagian dari upacara
penguburan yang tengah dilakukan SIWI). Istirahatlah dengan damai. Tak usah
kalian mengutuk mereka yang membantai kalian. Aku tahu, kalian marah dan
menyimpan dendam karena kematian kalian yang terasa begini hina. bagikupara
pembantai kalianlah yang jauh lebih hina. Siapa pun yang membantai kalian,
sungguh luar biasa menjijikkan. Memuakkan! Kukira hanya setan — setidaknya
mereka yang bersekutu dengan kekuasaan setan — yang bisa melakkan pembantaian
macam ini.. Celakanya, kita tak pernah tahu siapa mereka itu. Ya…bagi
mereka…orang-orang macam kalian lain tak lebih dari seekor hama yang selalu
dianggap mengancam hasil panen kekuasaan mereka. Padahal mereka tidak pernah
menanam. Tidak pernah, kecuali memaksa memeras keringat orang lain untuk
bercocok tanam. Mereka tak lebih dari mandor-mandor yang menganggap kekerasan
sebagai kebenaran.
Sambil terus menanam
bendera-bendera putih kecil itu, dalam benak SIWI berkecamuk kegelisahan
bercampur kecemasan. Sampai kemudian terdengar suara tangis bayi yang
menyayat-nyayat. Tangi itu mula-mula terdengar sesekali, membuat SIWI
menajamkan pendengarannya. Lalu tangin itu menghilang. Siwi kembali menanam
bendera-bendera putih itu denga khusyuk. lalu kembali terdengar suara bayi
melengking, SIWI mencari sumber suara. Tapi sia-sia. Suara bayi itu selalu
mendadak lenyap ketika SIWI mendekat.
SIWI:
Aneh… Jangan-jangan bayi itu anak jin yang dibuang ke kuburan ini. Tapi untuk apa jin itu membuang anaknya sendiri? Dia bukan termasuk mahluk yang tidak bertanggungjawab seperti manusia yang gemar membuang bayi dari hasil hubungan yang tak resmi.
Aneh… Jangan-jangan bayi itu anak jin yang dibuang ke kuburan ini. Tapi untuk apa jin itu membuang anaknya sendiri? Dia bukan termasuk mahluk yang tidak bertanggungjawab seperti manusia yang gemar membuang bayi dari hasil hubungan yang tak resmi.
Kembali terdengar suara
tangis bayi. Kali ini segera di susul tangis bayi-bayi yang lain.Tangis bayi
itu bagai bermunculan dari segala penjuru, menjadi nyanyi keperihan yang
berkumandang memenuhi malam. SIWI
benar-benar dikepung suara bayi….
SIWI : Saya curiga, suara-suara itu adalah
tangis arwah bayi. Saya curiga…… ada begitu banyak bayi dibunuh.
Jangan-jangan…..pembantaian tidak hanya menelan korban orang-orang tua…tapi
juga bayi-bayi….
SIWI bergerak ke sekeliling panggung. Ia
berjalan di antara hamparan mayat-mayat…. sampai kemudian ia terpekik kaget
ketika di antara timbunan mayat, ia menemukan puluhan mayat bayi.
SIWI:
Edan!!! Ternyata dugaan saya tidak meleset. Mereka juga membantai bayi-bayi…. Bayi-bayi pun dibunuh tanpa ampun. Bayi-bayi pun dibantai secara beruntun. Rupanya mereka tak ubahnya raksasa yang meramu nyawa bayi menjadi jamu, yang direguk supaya bisa hidup abadi. Gila. Langkah generasi sedang dimatikan. Generasi demi generasi dilenyapkan dari rahim zaman, untuk diganti mesin-mesin yang hanya bisa patuh….
Edan!!! Ternyata dugaan saya tidak meleset. Mereka juga membantai bayi-bayi…. Bayi-bayi pun dibunuh tanpa ampun. Bayi-bayi pun dibantai secara beruntun. Rupanya mereka tak ubahnya raksasa yang meramu nyawa bayi menjadi jamu, yang direguk supaya bisa hidup abadi. Gila. Langkah generasi sedang dimatikan. Generasi demi generasi dilenyapkan dari rahim zaman, untuk diganti mesin-mesin yang hanya bisa patuh….
SIWI mencoba mengubur puluhan mayat bayi itu
dengan khidmat, sambil menembangkan keperihan…. terkadang ia seperti
menimang-nimang….
SIWI : (Menembang)
Di bening matamu kuberkaca
mencari makna duka lara
Di tangismu kudengar nyanyian
adakah itu nyanyian Tuhan….
Di bening matamu kuberkaca
mencari makna duka lara
Di tangismu kudengar nyanyian
adakah itu nyanyian Tuhan….
Tidurlah tidur anak kehidupan
Tidurlah tidur dalam kedamaian….
Tidurlah tidur dalam kedamaian….
Sambil terus menembang, Siwi mengubur dan
menancapkan bedera-bendera putih itu. Ia tak pernah menyadari, betapa puluhan
mata menatapnya dari balik belukar. Sampai kemudian SIWI terkejut, ketika
puluhan orang bertopeng telah mengepungnya. SIWI merayap mundur. Orang-orang
bertopeng terus mengepung…. Ketika SIWI menyadari bahwa ia tak punya kesempatan
untuk meloloskan diri, ia lalu mencoa memberanikan diri untuk menghadapi
puluhan orang bertopeng itu. Keberaniannya bangkit, seperti keberanian orang
yang sudah tak punya pilihan. Maka SIWI mencoba berdiri tegar, meski tetap saja
gemetar. Ia berusaha berkata tegas meski tetap saja cemas. Di puncak
kegeramannya ia mengaum:
SIWI :
Barangkali otakku terlalu beku untuk bisa mengurai silang sengkarut persoalan yang membuat begitu banyak orang takut. Atau barangkali aku terlalu gegabah untuk menjamah masalah yang mendadak tumpah ruah. Atau barangkali, aku terlalu nekad, terlalu berani untuk memasuki rimba persoalan yang nggegirisi ini…
Barangkali otakku terlalu beku untuk bisa mengurai silang sengkarut persoalan yang membuat begitu banyak orang takut. Atau barangkali aku terlalu gegabah untuk menjamah masalah yang mendadak tumpah ruah. Atau barangkali, aku terlalu nekad, terlalu berani untuk memasuki rimba persoalan yang nggegirisi ini…
Kalau akhirnya kuputuskan
untuk bersaksi, bukan karena aku ingin jadi pahlawan. Bukan. Sebab kepahlawanan
itu rapuh. Dan kepahlawanan itu dari hari ke hari semakin merosot harganya. Aku
bersaksi karena aku sekadar ingin menebus rasa bersalah, dan rasa berdosa saya
terhadap mayat-mayat sahabat saya. Sebab selama ini aku lebih banyak diam,
lebih banyak bungkam…. Ternyata tidak selama diam itu emas.
Kenapa tragedi
kemanusiaan yang jelas dan gamblang, selalu dibuat ngambang ?
Kenapa orang yang sudah jelas bersalah, justru dilindungi dan diberi ampunan ?
Kenapa orang-orang yang jelas menjadi korban justru dinistakan dan diberi hukuman ?
Aku jadi curiga, ada begitu banyak kepentingan sedang dipertahankan.
Aku jadi curiga, ada begitu banyak nama yang hendak diselamatkan demi kehormatan yang dipaksakan. Kehormatan yang dipahatkan dan dijulangkan di antara nisan-nisan tak bernama.
Kenapa orang yang sudah jelas bersalah, justru dilindungi dan diberi ampunan ?
Kenapa orang-orang yang jelas menjadi korban justru dinistakan dan diberi hukuman ?
Aku jadi curiga, ada begitu banyak kepentingan sedang dipertahankan.
Aku jadi curiga, ada begitu banyak nama yang hendak diselamatkan demi kehormatan yang dipaksakan. Kehormatan yang dipahatkan dan dijulangkan di antara nisan-nisan tak bernama.
Aku jadi curiga, ada
begitu banyak fakta sedang ditenggelamkan.
Aku jadi curiga banyak kisah nestapa, hanya dijadikan cerita yang asyik untuk dopidatokan.
Aku jadi curiga terhadap segala kecurigaan yang dibudidayakan untuk menciptakan ketakutan.
Aku jadi curiga terhadap semua sandiwara yang dimainkan.
Aku jadi curiga, bahwa kecurigaanku pun selalu dicurigai
Aku jadi curiga….
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Aku jadi curiga banyak kisah nestapa, hanya dijadikan cerita yang asyik untuk dopidatokan.
Aku jadi curiga terhadap segala kecurigaan yang dibudidayakan untuk menciptakan ketakutan.
Aku jadi curiga terhadap semua sandiwara yang dimainkan.
Aku jadi curiga, bahwa kecurigaanku pun selalu dicurigai
Aku jadi curiga….
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Mendadak ada
jaring-jaring besar turun yang memerangkap SIWI. SIWI berjuang keras untuk
lolos dari jaring itu. Ia berteriak-teriak marah dan terus bergulat mencoba
meloloskan diri dari belitan jaring raksasa itu. Tapi jaring itu ternyata lebih
kuat.. Jaring itu terus membungkus, meringkus. Siwi terus saja mengerjat
meronta-ronta mencoba membebaskan diri. Teriakannya kian lama kian melemah.
tenaganya terkuras, lantas perlahan lemas. Lampu perlahan meredup.Kemudian
terdengar sayup suara jeruji dipukuli, seperti bagian awal. Dentang itu
perlahan mengeras, dan mengeras. Sampai panggung menggelap. Dan yang tersisa
hanya cahaya yang bagai lembing perak menimpa kisi-kisi jeruji. Sementara
dentang jeruji dipukuli masih sesekali terdengar….
.
.
Jumat, 26 April 2013
Makalah Interaksi Belajar Mengajar
PENGELOLAAN DAN
PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR
Dosen pembimbing : Ermawati S, S.Pd.,MA.,
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (TIGA)
Joko Suwono
Dessy Anjana
Dewi Purwati
Erma Yulis
Ilam Sartika
Fitri Anggoro
Sari
Fera Tri Suhelti
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKAN BARU
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, yang telah menganugrahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan, tidak lupa pula penulis kirimkan shalawat beserta salam kepada
nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang
pebuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan
makalah ini dibantu oleh beberapa teman kelompok dalam diskusi dan dibantu juga
oleh beberapa pedoman buku yang ada, sehingga semua itu dapat di rangkum dalam
sebuah makalah. Adapun judul makalah ini adalah “Pengelolaan dan Pemngembangan Sumber Belajar”
Penulis
menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Pekanbaru, 16
November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
Daftar
Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan
dan Manfaat Penulisan.......................................................................................... 3
1.4 Penjelasan
Istilah............................................................................................................. 3
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Tugas Guru Dalam Pengembangan Fasilitas dan Sumber Belajar....................................... 5
2.2
Catatan untuk Guru dan Sekolah...................................................................................... 5
2.3
Penggunaan Fasilitas dan Sumber Belajar......................................................................... 6
2.4
Implementasi Ktsp 7
2.4.1
Kompetensi Dasar............................................................................................... 7
2.4.2
Menciptakan Lingkungan yang Kondusif.............................................................. 8
2.4.3
Mendisplinkan Peserta Didik............................................................................... 9
2.4.4
Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah................................................... 10
2.4.5
Mengubah Paradigma (pola Pikir) Guru............................................................... 11
2.4.6
Memberdayakan Tenaga Kependidikan............................................................... 13
2.5
Panduan Pengembangan Silabus...................................................................................... 15
2.5.1
Proses Pengembangan Silabus............................................................................. 15
2.5.2 Komponen-Komponen Silabus........................................................................... 15
2.5.3
Prosedur Pengembangan Silabus.......................................................................... 16
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan..................................................................................................................... 17
3.2
Saran …………………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Proses belajar mengajar dalam pendidikan merupakan
salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Melalui proses
belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan
psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Belajar juga merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua
pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Konsep
teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan
dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar.
Strategi dan pendekatan pembelajaran tidak lagi
bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada siswa sebagai subyek (student
centered). Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Tanpa guru,
pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain.
Sehubungan hal tersebut para pendidik atau guru di sekolah diharapkan untuk
dapat menggunakan sumber belajar secara tepat.
Sumber belajar dalam pengertian yang sempit
sering dipahami sebagai buku-buku atau
bahan-bahan tercetak lainnya seperti majalah, LKS, dan lain-lain. Pengertian
seperti ini masih banyak dipakai dewasa
ini oleh sebagian besar guru termasuk juga beberapa guru TK. Association for Educational Communication
and Technology atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan yang
sering disingkat AECT (1977) memberikan batasan sumber belajar sebagai segala
sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware),
teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun
dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar. Pengertian
sumber belajar menurut AECT ini
menguraikan secara rinci jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam
kegiatan pendidikan meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan
lingkungan sekitar.
Secara garis besarnya, terdapat dua
jenis sumber belajar yaitu:
a. Sumber belajar yang dirancang (learning
resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang
atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan
fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning
resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus
untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Dari kedua
macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan:
informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2)
orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan
lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film,
slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,
komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer,
radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor,
alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi,
seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa,
diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan
(6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun,
pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Dalam memilih sumber belajar harus memiliki kriteria
seperti berikut:
a. Ekonimis : tidak harus terpatok pada harga yang
mahal;
b. Praktis : tidak memerlukan pengelolaan yang
sulit, rumit dan langka;
c. Mudah : dekat dan tersedia di lingkungan kita;
d. Fleksibel
: dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan instruksional;
e. Sesuai
dengan tujuan : mendukung proses
dan pencapaian tujua belajar dapat
membangkitkan motifasi dan minat belajar
siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan
membahas tentang pengelolaan dan pemngembangan sumber belajar yang meliputi (a)
tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, (b) Catatan untuk
guru dan sekolah, (c) penggunaan fasilitas dan sumber belajar, (d) Implementasi
KTSP, (e) Panduan pengembangan silabus.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana
tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar?
2. Bagaimana
catatan untuk guru dan sekolah?
3. Bagaimana
penggunaan sumber belajar dan fasilitas?
4. Bagaimana
Implementasi KTSP?
5. Bagaimana
panduan pengembangan silabus?
1.3
Tujuan
dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar.
2. Mengetahui
catatan untuk guru dan sekolah.
3. Mengetahui
penggunaan fasilitas dan sumber belajar.
4. Mengetahui
implementasi KTSP.
5. Mengetahui
panduan pengembangan silabus.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca dan bagi pengajaran dalam
pengelolaan dan pemberdayaan sumber belajar.
1.4
Penjelasan
Istilah
Dalam penjelasan ini terdapat beberapa penjelasan
istilah untuk membantu para pembaca dalam memahami makalah ini, sebagai
berikut:
1. Sumber
belajar adalah sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan
(software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang
digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi
terjadinya kegiatan belajar.
2. Kompetensi
menurut KBBI (2008:719) adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan sesuatu)
3. Implementasi
menurut KBBI (2008:529) adalah
pelaksanaan; penerapan.
4. Fasilitator
menurut KBBI (2008:389) adalah orang yang menyediakan fasilitas; penyedia.
5. Remediasi
menurut KBBI (2008:1161) adalah tindakan atau proses penyembuhan.
6. Integrasi
menurut KBBI (2008: 541) adalah pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang
utuh.
7. Asumsi
menurut KBBI (2008: 96) adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan
berfikir karena dianggap benar.
8. Silabus
merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum,
yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah,
kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tugas Guru Dalam Pengembangan Fasilitas
dan Sumber Belajar.
Adapun tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan
sumber belajar antara lain:
1. Membuat
sendiri alat pembelajaran dan alat peraga.
2. Berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.
3. Perdayagunaan
lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya:
a. Memanfaatkan
batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat.
b. Mengupayakan
peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang kreatif
dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan
sumber belajar secara luas, untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara
optimal.
c. Upaya
ini harus menjadi kepedulian bersama antara kepala sekolah, komite sekolah, dan
pegawai sekolah secara professional.
2.2 Catatan Untuk Guru dan Sekolah
Catatan untuk guru dan sekolah meliputi:
1. Sampai
saat ini, buku pelajaran masih merupakan sumber pelajaran yang sangat penting
bagi para peserta didik, meskipun masih banyak yang tidak memilikinya, terutama
bagi sekolah-sekolah yang berada di luar kota, di perdesaan dan di
daerah-daerah terpencil.
2. Pemilihan
buku pelajaran hendaknya mengutamakan buku wajib, yang langsung berkaitan
dengan pencapaian kompetensi tertentu.
3. Pemilihan
buku pelengkap implementasi kurikulum 2004 hendaknya tetap berpedoman pada
rekomendasi atau pengesahan dari dinas pendidikan dan pertimbangan lain yang
tidak memberatkan orang tua.
4. Kepala
sekolah, guru dan pengawas sekolah tidak memaksakan kepada peserta didik untuk
membeli buku terbitan tertentu setiap tahun.
5. Peserta
didik dianjurkan menggunakan buku-buku bekas milik kakak atau keluarga lain
yang tidak dipakai lagi.
6. Tuntutan
reformasi dalam bidang pendidikan, yakni mengembangkan atau menyediakan
pendidikan yang murah dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Idealnya
dalam proses belajar mengajar dikembangkan:
1.
Ruang kelas untuk
setiap rumpun mata pelajaran yang dilengkapi fasilitas dan sumber belajar untuk
pembentukan kompetensi peserta didik dan pencapaian setiap tujuan pembelajaran.
2.
Kelas-kelas yang
lengkap ini terutama diperlukan untuk melakukan pembelajaran team (team teaching), dan kelas yang dinamis (moving class).
3.
Kelas yang ideal ini
hanya bisa dikembangkan oleh sekolah-sekolah yang berstatus sosial ekonomi
menengah keatas.
4.
Jika pemerintah sudah
mampu dan mau merealisasikan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN, maka
kelas yang ideal ini akan dapat di realisasikan di seluruh sekolah dalam
berbagai lapisan masyarakat.
2.3
Penggunaan
Fasilitas dan Sumber Belajar
Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki
arti yang sangat penting untuk:
1.
Melengkapi, memelihara,
dan memperkaya hasanah belajar, sumber belajar.
2.
Meningkatkan aktifitas
dan kreatifitas belajar yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun peserta
didik.
3.
Memungkinkan peserta
didik menggali berbagai konsep yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang
dipelajari sehingga menambah wawasan dan pemahaman yang senantiasa aktual serta
mampu mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya.
Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki
kegunaan sebagai berikut:
1. Merupakan
pembukaan jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran yang akan
ditempuh.
2. Merupakan
pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara
lebih teliti menuju pada pembentukan kompetensi secara tuntas.
3. Memberikan
berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan kompetensi
dasar yang akan dikembangkan.
4. Memberikan
petunjuk dan gambaran kaitan kompetensi dasar yang sedang dikembangkan dengan
kompetensi dasar lainnya.
5. Menginformasikan
sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain yang berhubungan dengan
mata pelajaran tertentu.
6. Menunjukkan
berbagai macam permasalahan yang timbul, sebagai konsekuensi logis dalam
pengembanagan kompetensi dasar yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari
peserta didik yang sedang belajar.
Ada
dua cara memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar:
1. Membawa
sumber belajar kedalam kelas.
2. Membawa
kelas ke lapangan.
2.4
Implementasi
Ktsp
2.4.1 Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang perlu dikembangkan
dalam implementasi kurikulum 2004 yang
diwujudkan
dalam kurikulum 2006 yang lebih di kenal dengan KTSP yaitu:
1.
Kompetensi dasar iman dan takwa (imtak);
2.
Kompetensi dasar bahasa (Inggris dan Arab);
3.
Kompetensi dasar komputer dan internet;
4.
Kompetensi dasar
tatakrama dan budi pekerti;
5.
Kompetensi dasar komunikasi dan teknologi;
6.
Kompetensi dasar penelitian;
7.
Kompetensi dasar
organisasi;
8.
Kompetensi dasar kemasyarakatan,
dan
9.
Kompetensi dasar
kewirausahaan.
Menurut
Ashan ada 6 langkah analisis kompetensi:
Pertama, analisis tugas.
Analisis tugas dimaksudkan untuk mendiskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan
oleh lulusan kedalam indikator-indikator kompetensi.
Kedua,
pola analisis. Pola analisis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru
yang belum ada dalam pekerjaan. Pola analisis dilakukan dengan menganalisis
setiap pekerjaan yang ada di masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang
dimiliki oleh para karyawannya.
Ketiga,
research. Research (penelitian) dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah
kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian, dan diskusi. Penelitian dan
diskusi ini melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan
masa kini dan masa yang akan datang, diidentifikasi sejumlah kompetensi yang
diperlukan untuk dikuasi oleh individu dalam menempuh kehidupan sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan jaman.
Keempat,
expert judgment. Expert judgment atau pertimbangan ahli di maksudkan untuk
menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbanagn para ahli.
Kelima,
individual or group interview data. Analisis kompetensi yang berdasarkan
wawancara, baik secara individu maupun secara kelompok dimakdsudkan untuk
menemukan informasi tentang kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk lisan.
Keenam,
role play. Dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan pengamatan
dan peniliaan terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu.
2.4.2
Menciptakan
Lingkungan yang Kondusif
Menciptakan lingkungan yang kondusif meliputi:
1.
Memberikan pilihan bagi
peserta didik yang lambat maupun cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
2.
Memberikan pembelajaran
remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi
rendah.
3.
Mengembangkan
organisasi kelas yang efektif, menarik, aman, dan nyaman bagi perkembangan
potensi seluruh peserta didik segara optimal.
4.
Menciptakan kerjasama
saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan
guru dan pengelola pembelajaran lain.
5.
Melibatkan peserta
didik dalam perencanaan belajar dan pembelajaran.
6.
Mengembangkan proses
pembelajaran sebagai tanggungjawab bersama antara peserta didik dan guru,
sehingga guru bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber belajar.
7.
Mengembangkan sistem
evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri
(self education).
2.4.3
Mendisiplinkan
Peserta Didik
Mendisiplinkan peserta didik meliputi:
1. Konsep
diri (self-concept); strategi ini bahwa konsep-konsep dari masing-masing
individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumuhkan konsep
diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga
peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan
masalah.
2. Keterampilan
berkomunikasi (communication skill); guru harus memiliki keterampilan
komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong dan
timbulnya kepatuhan peserta didik.
3. Konsekuensi-konsekuensi
logis dan alami (natural and logical quences); prilaku-prilaku yang salah
terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap
dirinya. Untuk itu, guru disarankan: a) menunjukkan secara tepat tujuan prilaku
yang salah, sehingga membantu pesrta didik dalam mengatasi prilakunya, b)
memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari prilaku yang salah.
4. Klasifikasi
nilai ( values classification); strategi ini dilakukan untuk membantu peserta
didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk
system nilainya sendiri.
5. Analisis
transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru belajar sebagai
orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi
rmasalah .
6. Terapi
realitis (reality therapy); sekolah harus berupaya mengurangi kegagalanan
meningkatkan keterlbatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan
bertanggung jawab.
7. Disiplin
yang terintegrasi (assertive displine); metode ini menekankan pengendalian
penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8. Modifikasi
prilaku (behavior modification); prilaku salah disebabkan oleh lingkungan,
sebagai tindakan remidiasi. Untuk itu, perlu dicipakan lingkungan yang
kondusif.
9. Tantangan
bagi disiplin (dare to displine); guru diharapkan cekatan, sangat
terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari
pertanma disekolah, dan guru membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang
berada dalam posisi pemimpin.
2.4.4 Mengembangkan
Kemandirian Kepala Sekolah
1. Pembinaan
mental, yaitu pembinaan para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan sikap batin dan watak. Kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang
kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik,
secara proposional dan professional.
2. Pembinaan
moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap kewajiban sesuai
dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan.
3. Pembinaan
fisik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal ytang berkaian dengan
kondisi jasmani atau badan, kesehatan, dan penampilan mereka secara ilmaih.
4. Pembinaan
artistik, yaitu tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kepekaan manusia tehadap seni dan keindahan.
2.4.5 Mengubah
Paradikma (Pola Pikir) Guru
Guru
sebagai fasilitator setidaknya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang didefenisikan
oleh Rogers (dalam Knowles, 1984) sebagai berikut:
1. Tidak
berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka;
2. Dapat
lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya;
3. Mau
dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang
sulit sekalipun;
4. Lebih
meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya
terhadap bahan pembelajaran;
5. Dapat
menerima balikan, baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya
sebagai pandangan yang konstributif terhadap diri dan prilakunya.
6. Toleransi
terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
7. Menghargai
prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang
dicapainya.
Agar
implementasi kurikulum 2006 berhasil memperhatikan perbedaan individuan peserta
didik, guru perlu memperhatiakn hal-hal sebagai berikut:
1. Mengurangi
metode ceramah
2. Memberikan
tugas yang berbeda bagi peserta didik
3. Mengelompokkan
peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran
4. Memodifikasi
dan memperkaya bahan pelajaran
5. Menghubungi
spesialis, bila ada peserta didik mempunyai kelainan
6. Menggunakan
prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan
7. Memahami
bahwa peserta didik tidak berkembang dala kecepatan yang sama
8. Mengembankan
situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya
masing-masing pada setiap pelajaran
9. Mengusahakan
keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran
Guru
yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami mereka
menilai kegiaan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengobsevasi
peserta didik dalam berbagai situasi, baik dikelas maupun diluar kelas
2. Menyediakan
waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama, dan
setelah pembelajaran
3. Mencatat
dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang
konstrutif
4. Mempelajari
catatan peserta didik yang adekwat
5. Membuat
tugas dan latihan untuk kelompok
6. Memberikan
kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda
7. Memberikan
penilaian secara adil, dan transparan
Agar
kurikulum 2006 dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menguasi
dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan
baik
2. Menyukai
apa yang diajarnya dan menyukai menajar sebagai suatu profesi
3. Memahami
peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya
4. Menggunakan
metode yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik
5. Mengliminasi
bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam kaitannya dalam
pembentukan kompetensi
6. Mengikuti
perkembangan pengetahuan mutakhir
7. Menyiapkan
proses pembelajaran
8. Mendorong
peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik
9. Menghubungkan
pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan
Karakteristik
guru yang behasil mengembangkan pembelajaran secara efektif dapat didefenisikan
sebagai berikut:
1. Respek
dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil)
2. Antusias
dan bergairah terhadap bahan, ke;as, dan seluruh kegiatan pembelajaran
3. Berbicara
dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap peserta
didik)
4. Memperhatikan
perbedaan individual peserta didik
5. Memiliki
banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal
6. Menghindari
sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik
7. Tidak
menonjolkan diri, dan menjadi teladan peserta didik
Berbagai
strategi yang dapat dikembangkan dalam rangka pelatihan guru antara lain
sebagai berikut:
1.
Mengadakan penataran
dan pelatihan guru untuk setiap rumpun mata pelajaran, yakni rumpun mata
pelajaran MIPA, Bahasa, IPS, Agama, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian (muatan
lokal). Pelatihan ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi
terdekat yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
2.
Mengadakan loka karya
guru mata pelajaran disekolah untuk mengembangkan:
a. kompetensi dasar
b. indikator hasil belajar
c. materi standar (bahan ajar dan lembar kegiatan
peserta didik)
d. silabus dan rencana pembelajaran
e. format penilaian berbasis kelas (FBK),
evaluasi berbasis kelas (EBK) atau class room evaluation (CBE)
3.
Menetapkan guru pengajar dan guru team (team taching) secara demokratis dan profesional
4.
Mengadakan peatihan guru dalam pengadaan serta penyalahgunaan fasilitas dan
sumber belajar untuk menunjang kretifitas peserta didik.
2.4.5
Memberdayakan
Tenaga Kependidikan
Memberdayakan tenaga kependidikan dapat di bagi
menjadi dua strategi, yaitu;
1. strategi
umum
a. pemberdayaan tenaga kependidikan harus dilakukan
berdasarkan rencana kebutuhan yang jelas.
b. dalam setiap pendidikan perlu senantiasa
dikembangkan sikap dan kemampuan professional.
c. Kerjasama sekolah dengan perusahaan dan dunia
industry perlu terus menerus dikembangkan, terutama dalam memanfaatkan
perusahaan dan dunia industri untuk laoraorium, praktek, dan objek studi.
2. strategi
khusus
Strategi khusus adalah strategi yang
langsung berkaitan dengan perkembangan dan peningkatan manajemen tenaga
kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut berkaitan dengan
kesejahteraan tenaga pendidikan, pendidikan prajabatan calon tenaga
kependidikan, rekuemant dan penempatan, pembinaan kualitas tenaga pendidikan,
dan pengembangan karir.
1. Dalam kaitannya dengan kesejahteraan tenaga
kependidikan, perlu diupayakan hal-hal
sebagai berikut: a) gaji tenaga kependidikan perlu senantiasa
disesuaikan agar mencapai standar yang wajar bagi kehidupan tenaga kependidikan
dan keluarganya; b) peningkatan kesejahteraan tenaga kependidikan yang dilakukan
oleh pemerintah pusat diikuti oleh pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha,
orang tua, sejalan dengan otonomi daerah yang sedang bergulir; c) untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan didaerah terpencil, perlu diberlakukan
sistem kontrak, dengan sistem imbalan yang lebih baik dan menarik.
2. Pendidikan
prajabatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) memperbaiki sistem
pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan; b) perlu
dilakukan reorientasi program pendidikan tenaga kependidikan agar tidak
terjadinya ketimpangan tenaga kependidkan; c) pendidikan tenaga kependidikan
perlu dipersiapkan secara matang melalui sistem pendidikan yang bermutu.
3. Rekrument
dan penempatan tenaga kependidikan perlu memperhatiakn hal-hal sebagai berikut:
a) rekrument tenaga kependidikan harus berdasarkan seleksi yang mengutamakan
kualitas; b) sejalan dengan semangat reformasi, otonomi daerah, dan
desentralisasi pendidikan maka rekrument pendidikan perlu didasarkan atas
kebutuhan wilayah dengan cakupan
kabupaten dan kota; c) perlu dilakukan sistem pengangkatan, penempatan, dan
pembinaan tenaga kependidikan yang memungkinkan para tenaga kependidikan
mengembangkan diri dan karirnya secara leluasa, sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
zaman.
4. Peningkatan
kualitas tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)
perlu senantiasa dilakukan peningkatan kemampuan tenaga kependidikan agar dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien, (b) peningkatan kualitas
tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui pendidikan formal, informal, dan
nonformal, dalam hl ini lembaga-lembaga diklat lingkungan dinas pendidikan
nasional perlu senantiasa dioptimalkan perannya sesuai dengan tugas dan
fungsinya, (c) sesuai dengan prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality improvement) dan semangat desentralisasi, sekolah perlu
diberi kewenangan yang lebih besar untuk menentukan apa yang terbaik untuk
peningkatan mutu tenaga kependidikan.
5. Pengembangan
karier tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)
pengangkatan seseorang dalam jabatan tenaga kependidikan harus dilakukan
melalui seleksi yang ketat, adil dan transparan, dengan mengutamakan kapasitas
kepemimpinan yang bersangkutan, (b) fungsi control dan pengawasan pada semua
jenis dan jenjang pendidikan perlu dioptimalkan sebagai sarana untuk memacu
kualitas pendidikan.
2.5
Panduan
Pengembangan Silabus
2.5.1 Proses pengembangan
silabus
Untuk dapat melaksanakan tugas kemampuan
dasar mengajar dengan baik, guru dituntut mampu mengembangkan silabus. Silabus
merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum,
yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah,
kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.
2.5.2 komponen-komponen
silabus
Beberapa komponen silabus yang perlu
dipahami dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2006 antara lain kompetensi
dasar, materi standar, hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian
berbasis kelas (PBK) dan prosedur pembelajaran.
Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi
untuk mengarahkan guru dan fasilitator pembelajaran, mengenai target yang harus
dicapai dalam pembelajaran.
Materi standar dalam silabus berfungsi
untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik dan guru/ fasilitator tentang
apa yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Hasil belajar dalam silabus berfungsi
sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta
didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi
dasar dan materi standar yang dikaji.
Indikator pencapaian hasil belajar dalam
silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan
prilaku pada diri peserta didik.
Penilaian berbasis kelas (PBK) dalam
silabus berfungsi sebagai alat dan strategi untuk mengukur keberhasilan belajar
peserta didik. PBK dapat dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran.
Prosedur pembelajaran dalam silabus
berfungsi mengarahkan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh peserta
didik dan guru dalam membentuk kompetensi dasar. Dalam garis besarnya, prosedur
pembelajaran ini mencangkup kegiayt inti (pembentuk kompetensi) dan kegiatan
akhir (penutup).
2.5.3 Prosedur pengembangan
silabus
Untuk memberi kemudahan kepada guru dan
kepala sekolah dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004, perlu dipahami
prosedur pengembangan silabus, baik yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi maupun revisi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sumber belajar adalah Sumber belajar adalah sebagai
segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan
(hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara
sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan
belajar. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar ada beberapa hal yang
harus diperhatikan diantaranya, sebagai berikut:
1. Tugas
guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar;
2. Catatan
untuk guru dan sekolah;
3. Penggunaan
fasilitas dan sumber belajar;
4. Implementasi
Ktsp
a. Kompetensi
dasar
b. Menciptakan
lingkungan yang kondusif;
c. Mendisplinkan
peserta didik;
d. Mengembangkan
kemandirian kepala sekolah;
e. Mengubah
paradigm (pola piker) guru;
f.
Memberdayakan tenaga
kependidikan;
5. Panduan
pengembangan silabus
a. Proses
pengembangan silabus;
b. Komponen-komponen
silabus;
c. Prosedur
pengembangan silabus.
3.2
Saran
Setelah
memahami makalah yang telah kami sajikan, kami mempunyai beberapa saran
khusunya kepada seluruh mahasiswa FKIP UIR yang nantinya akan menjadi seorang
guru dan juga pendidik, supaya dalam melaksanakan program kegiatan belajar
mengajar dapat memperhatikan kegiatan siswa yang bersifat mendidik dan dapat dikembangkan melalui
kratifitas seorang guru. Hal ini dapat terwujud dengan memanfaatkan segala
bentuk sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah ataupun di luar lingkungan
sekolah.
Langganan:
Postingan (Atom)