Senin, 06 Mei 2013

Drama Saijah dan Adinda


ADINDA DAN SAUJAH
Prolog              : Helmi
Saujah             : Joko Suwono
Adinda                        : Lisnawati
Juragan            : Siti Rohmatun          
Gubernur         : Riski Kurniawan
Selir                 : Winda Flower Nancy
                          Endang
Rakyat             : Ria
                         Reski Annisa
                         Nanda Apriyuni
                         Arnita
                         Rini Novrianti
Operator          : Riska Ade Musyaroh
Adegan           I
Prolog:
Di sebuah desa yang tua, dengan keadaan tanah yang begitu subur, maka hiduplah masyarakat yang tenang dan damai. Keseharian mereka yang penuh dengan akhlak yang baik menjadikan cermin desa tersebut merupakan desa yang sangat harmonis dan nyaman. Namun hal itu tidak dapat berlangsung begitu lama. Pergantian pemimpin yang baru membuat rakyat banyak yang menderita. Mereka dengan terpaksa harus menjual hasil bumi mereka kepada jurahan dan gubernur dengan harga yang sangat murah. Namun mereka tidak dapat menolaknya. Hingga pada saat mereka harus behadapan malaikat mautpun mereka tetap akan mempertahankan tanah kelahiran mereka.
Juragan            : “Wahai rakyat miskin semuanya, kalian dengarkan perintah dari sang maha    pimpinan ini, perintah dari gubernur kita. Hari ini juga kalian harus menyerahkan hasil kebun kalian, dan kalian juga harus menjual tanah kalian kepada gubernur............!!
                             Siapapun juga yang membentah perintah ini, maka dia berarti berani menanggung resiko dan bersiaplah untuk mati.
Saujah             ; “Wahai juragan yang terkutuk....! sampaikan salam saya dengan gubernur kalian yang jahanam. Tidak sedikitpun kami rela akan memberikan tanah tempat kami dilahirkan ini kepada pemimpin laknat seperti kalian....! tidak akan...!!
                             Kalian tidak ubahnya seperti anjing yang memakan bangkai tulang rakyat sendiri. Jahanam..!! bajingan...!!
Juragan            : “kurang ajar...!”
                             (Menendang Saujah)
                             Kau pikir kalian siapa..?! hidup kalian tidak ada ubahnya seperti sampah yang bertebar di tepi jalanan. Kami datang ingin menawarkan niat baik kepada kalian. Tapi kelakuanmu sungguh tidak pantas..!”
Saujah             : “kelakuanku seperti ini memang sudah sepantasnya untuk anjing seperti kau juragan bajingan...!!”
Juragan            : (Menendang)
                             “Tangkap dia.....!!”
Adinda            : “Jangan juragan..... aku mohon jangan bawa suamiku......”.
Juragan            : “Tangkap keduanya...!”
                        Haaaaaaaaaa.......haaaaaaaaaaaaaaaaa.........!!!!!





Adegan II
(Rakyat semuanya keluar dan mengambil posisi untu menyaksikan adegan II)
Prolog:
Waktu berlalu begitu cepat, secepat kilat yang menyambar pepohonan. Hingga saujah dan istrinya ditangkap oleh juragan. Mereka memperlakukannya seperti pemburu yang ingin menangkap hewan. Mereke dipenjarakan tanpa adanya belas kasihan.
(adinda dan saujah keluar dan berakting)
Juragan              : “Tuan...tuan... dan nyonya..nyonya...., salam sejahtera. Nama saya juragan Santari yang bertindak sebagai juragan gubernur. Dahulu rakyat kecil tidak mempunyai hak hukum apabila mereka berhadapan dengan adipati dan gubernur. Dan sekarang apakah rakyat kecil sudah mempunyai hak hukum apabila dia berhadapan dengan adipati atau gubernur...??!. Bukankah kemerdekaan yang sempurna itu adalah kemerdekaan negara dan bangsa kalau kita mau berfikir. Tapi apakah bangsa kita sudah merdeka. Apakah bangsa tanpa hak hukum, sudah disebut bangsa yang merdeka...??!”.
(Gubernur mauk dan memperkosa adinda dengan berbagai akting)

Saujah               : “adinda.....adinda......
                          Aku dirampok orang di tengah hutan adinda...
                          Aku dirampok orang di tengah hutan adinda...
                          Mereke menikam perutku adinda, mereka menikam leherku, mereka menikam pumnngungku adinda....!!
                          Mereka juga merampas semua harta yang aku miliki adinda..!!
Adinda              : “Saujah....saujah....!! akang...!!”.
                          Tanpa kau tunjukkan jejak yang nyata aku tahu apa yang sedang akang rasa”.
Saujah               “Adinda....!! Adinda....!!
                          Kemiaskinan telah memisahkan kita adinda.... Kemiskinan telah menjadikan kita seperti binatang yang dapat penguasa beli kapan dia mau...
Adinda              : “Sepanjang kisah lajur perjalanan hidup kita akang, tidak sedikitpun adinda berubah.. tapi mereka... merekalah yang menjadikan aku seperti boneka lapuk di ujung lemari tua. Mereka telah merenggut kebahagiaan kita akang....
                          Mereka telah mencabik-cabik kehormatan adinda...
                          (Lari menuju baskom yang ada airnya)
                          Saya tidak rela akang....!!
                          Saya tidak sudi hidup  bersama pemimpin yang bajingan...!!
                          Mereka membeli boneka pelacur di tengah hutan yang sepi...
                          Menjadikanya sebagai pelampiasan nafsu sesat..
                          Aku tidak rela akang...!!
                          Aku tidak sudi..!
                          Tidak sudiiiiii.....!!!!!!!!!!
(Suasana senyap dan diiringi lantunan lagu sedih)

Adegan III
(Narator membacakan prolog dan diiringi oleh keluarnya gubernur dan selir)
Prolog  :
            Penyesalan panjang yang menghantui mereka berdua.. penyesalan panjang yang menghantui kemiskinan para masyarakat yang tertindas... telah membuahkan kesengsaraan yang tiada batas. Kecuali tekad keras yang menghujat kemerdekaan. Kehidupan panjang yang bahagia telah lenyap dengan begitu saja.. direnggut oleh sang penguasa yang tak tahu moral kehidupan......
Gubernur           : “Hai sampah saujah...!! tidak ada gunanya lagi engkau menangisi kehidupanmu itu.. karena sebentar lagi aku akan mengirimu ke neraka jahanam....!!
                          Haaa.haaaaaa.....!!!!
Saujah               : “Bajingan....!! tidak sedikitpun langkahku akan gentar menghadapi bajinagn negeri sepertimu....!! engkaulah yang akan aku kirim ke dalam neraka jahanam....! cuiiiihhh......!!!
Gubernur           : “Bangkitlah..... kita lihat siapa yang akan masuk ke dalam neraka terlebih dahulu....
                          Sampah sepertimu atau aku....!!
Saujah               : “Baiklah...Baiklah.... karena itulah yang memang aku tunggu......
Adinda              : “Akang....!!”

                          (Saujah dan gubernur berkelahi. Dan perkelahian tersebut dimenangkan oleh saujah)

Prolog:
            Atas kemenangan yang telah diperjuangkan oleh saujah dan masyarakat semuanya untuk melawan para pemimpin yang rakus, maka kembalilah mereka ke desa yang sangat mereka cintai. Tanah yang merindukan mereka, menyambut kedatangan saujah dengan sangat gembira. Kehidupan tenang yang dulu pernah hilang kini kembali lagi ke dalam pangkuan saujah dan istrinya.

==================== TAMAT=====================

Kamis, 02 Mei 2013

Mikro Teaching

Tanggal 3 Mei 2013

hari ini kami harus kembali menunggu d kelas tanpa adanya seorang dosen yang membimbing......
atau mungkin kuliah ini memang harus dipaksakan untuk belajar sendiri yaa........


tapi tak apelah... walapun dosen kami tak dhe kasih kabar kepada kami kalau nak pergi keluar kota.... tak payah kami nak sedih pula... masih banyak waktu untuk bergarah dengan teman" kami.....

tapi dalam canda kami itulah kami juga merasakan rasa kecewa yang teramat sangat... sudah 2 kali masuk dan tanpa ada alasan yang dapat kami konfirmasikan terlebih dahulu...
tapi kami tetap bangga kepada dosenku yang tercintaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....................!!!!!!!!!!!

Mayat Terhormat


MAYAT TERHORMAT
PROLOG:
Selamat malam,…bl  a,bla,bla…..(improvisasi)
Sebelum pertunjukan ini dimulai, marilah ada baiknya kita membangun kesepakatan, yaitu hendaknya pertunjukan kita malam ini tidak diganggu bunyi tu-la-lit-tu-la-lit ponsel anda atau pager. Bunyi-bunyi ilegal untuk sementara diharamkan. Maka saya memberi kesempatan kepada anda untuk mengeksplorasi naluri-naluri purba anda: segeralah anda menjadi pembunuh. Bunuhlah pager dan handphone anda ! Ini jauh lebih baik katimbang anda membunuh orang, atau membacok, hanya karena perbedaan visi atau perbedaan pendapat. Kalau nanti ternyata masih tu-la-lit-tu-la-lit, nikmatilah risikonya dipisuhi penonton lain.
Baiklah saudara. Meskipun saya berdiri di sini dengan wajah coreng moreng kayak badut, sesungguhnya saya ini bukan badut. Karena terus terang saja, saya tidak ingin memperbanyak jumlah badut di negeri ini yang dari hari ke hari jumlahnya terus menggelembung. Kita sudah polusi badut, over kuota. Semua posisi sudah diisi oleh orang-orang yang lucu dan menggemaskan, sampai-sampai tukang monolog yang sok nglucu terancam kehilangan sandang pangannya.
Oke, sekarang saya ingin mengajak para penonton yang terhormat untuk sekejap menengok keberadaan mayat-mayat. Tapi saya harap anda jangan membayangkan suasana horor seperti yang sering terlihat dalam sinetron-sinetron misteri di televisi. Kalau horor di televisi itu, tidak menakutkan. Tapi justru malah menggelikan. Tidak membikin bulu kuduk berdiri, tapi malah membikin satu-satunya elemen dalam tubuh saya berdiri. Yah…itulah salah satu kelebihan bangsa kita: terlalu cerdas, sehingga apa pun yang dilakukan seringnya meleset dari sasaran. Mau bikin horor malah menggelikan. Mau mengusut perkara dan menuntaskan kecurangan-kecurangan, ee…hasil yang dicapai malah penundaan-penundaan dan pengampunan.
Nah sekarang, kita mulai saja pertunjukan ini dengan pantun pendek:
Kapal keruk talile kenceng, nyemplung laut dihadang gelombang
Nonton monolog obat puyeng, asal rileks dan dada lapang

BAGIAN PERTAMA
Sebuah sel panggung. Remang dan sayup. terdengar jeruji dipukul monoton. Lalu perlahan sepotong cahaya bagai lembing perak, menghujam tubuh SIWI yang lunglai kepayahan bersandar di jeruji sambil memukul-mukulkan piring seng. Sesekali mengerang, bahkan meraung…
SIWI terus memukul-mukul piring seng. Sampai kemudian muncul suara derap sepatu. Semula pelan, kemudian mengeras dan mengeras. SIWI tergeragap. mendadak piring seng itu berhenti bersuara. menolak dibunyikan. SIWI sekuat tenaga berusaha terus membunyikan piring itu ke jeruji sel. tetapi piring seng itu tertahan diam.
SIWI: (marah kepada piring seng)
Kenapa? Takut? Kamu ini aneh lho, cuma piring seng saja kok langsung gemeter begitu mendengar derap sepatu. Ayo terus bersuara. Bernyanyilah. Karena hanya kamulah satu-satunya sahabat saya di sini. (Siwi mencoba sekuat tenaga menggerakkan piring itu, tetapi piring itu tetap tak bergerak) Dasar piring pengecut! Ingat, eksistensimu ini sudah kuangkat, sehingga kamu tidak sekadar menjadi alat makan, tapi subyek yang bersuara. Kamu punya hak bersuara. Ayo bersuara! (Kembali Siwi berusaha membunyikan piring itu, tetapi tetap tak bisa). Ayo, toh, sebagai perkakas yang nasibnya sudah saya naikkan derajatnya, mestinya kamu harus tunduk kepadaku. Ngerti! (Malah mendadak, piring itu menyerang kepala Siwi) Eit, kok malah menyerang. Oo, tahu saya, pasti kamu sudah kongkalingkong dengan para aparat itu untuk melawan saya, iya kan?! Pasti diam-diam, saat saya tertidur, kamu keluar sel ini kasak-kusuk dengan mereka, dan menyusun rencana supaya tidak loyal lagi padaku.
(Piring itu menggeleng)
Sudah jangan mungkir. Di sini, kamulah satu-satunya sahabatku. Saya berteman dengan kamu, karena hanya dengan beginilah saya bisa memelihara akal saya. Menjaga kemampuan saya untuk memelihara harapan, impian. Alangkah konyolnya jika saya sudah tidak mempunyai harapan. Dan lebih konyol lagi, jika saya tidak punya kemampuan untuk memelihara harapan. Jadi, tolong, janganlah sekali-kali kamu membelot, melawanku. Terimalah ketulusan cintaku….. Atau jangan-jangan kamu ingin agar saya “ad interim” kan? Dik Piring, kamu harus bersyukur, karena kamu mempunyai kedudukan yang sejajar denganku. Jangan bertingkah, lu. Saya mutasi jadi kakus, di-beol-in kamu !
Mendadak seperti terdengar lagi langkah kaki — atau entah apa — begitu pelan, seperti bisikan, membuat SIWI menajamkan pendengarannya, mendekatkan telinganya ke piring seng itu. Mendadak piring seng itu meloncat melacang, seperti kaget dan ketakutan.
SIWI : (Berbicara pada piring seng)
Hai, mau ke mana? Jangan tinggalkan aku. Cepat turun sini. Jangan ngambeg gitu….Ada apa? (Piring seng itu masih melayang-layang, bergerak-gerak seperti bicara) Kamu ngomong apa, sih? Ngomong saja terus terang? (Piring seng itu turun mendekati Siwi, nampak berbisik) Ayo toh jangan bisik-bisik begitu. Ah, yang bener! Kamu jangan sembarangan bisik-bisik lho. Atau kamu mau jadi tukang bisik? Semprul! Yang menentukan kamu mau jadi apa itu aku. Nasibmu sepenuhnya di tanganku. Aku bisa saja menjadikanmu terhormat, tapi juga bisa menjadikan kamu sekadar barang rombengan. Begitu saja kok repot. Sini, apa kamu ingin saya jadikan barang rombengan?!(Piring menggeleng).
Makanya, sebagai aparat kamu ini jangan semena-mena, apalagi dengan orang sipil macam aku. (Piring ngambeg, lalu melayang lagi menjauhi Siwi). Lho,lho…jangan kabur….Percayalah, meskipun aku ini sipil yang sedang berkuasa — setidak-tidaknya atas dirimu — aku tidak akan menyakiti kamu, apalagi menculik atau melenyapkan kamu. Aku justru ingin menjadikanmu piring yang mandiri, piring yang merdeka….
Di gertak begitu, piring itu langsung mengkerut, takut. Lalu SIWI berusaha membunyikan piring itu kembali, tetapi mendadak terdengar suara derap sepatu, membuat SIWI ketakutan.
SIWI: (Setelah suara sepatu itu berlalu, ngomong kepada piring seng)
Ternyata kita ini sama-sama penakut, ya. Ternyata ada yang lebih berkuasa daripada saya yang orang sipil ini. Ternyata ada yang lebih aparat daripada aparat macam kamu. Mereka adalah aparat yang hanya bisa membentak, memerintah dan memaksa kita untuk patuh melalui teror dan ketakutan.
Ternyata kita ini senasib. Ternyata kita ini sama-sama sipil! Sama-sama rombengan! (Membanting piring seng).
SIWI terpuruk. Musik tipis mengalun. Sel itu kembali ditangkup kesunyian yang menekan. Siwi menggelar tikar. Minum. Suasana kendor….Siwi mengambil kartu, lalu membanting-banting kartu seakan-akan sedang berjudi….
SIWI: (Setengah mengeluh, setengah meracau)
Penjara…
Kuburan…. apakah yang membedakan keduanya? Barangkali tak ada. Setiap orang tak ada yang ingin memikirkan keduanya. Berusaha sedapat mungkin tak bersentuhan dengannya. Orang tak ingin berhubungan dengan kuburan, karena selalu mengingatkan pada kematian. Dan orang tak mau berurusan dengan penjara, karena juga sering kali berujung kematian…
Dengan payah, ia berusaha bangkit, kembali menerawang keluar jeruji, memukul-mukul piring seng, kemudian bergerak pelan ke arah bibir panggung, dan suara musik yang sayup perlahan menghilang, bagai angin yang bergerak menjauh…
SIWI: (Kepada penonton)
Anda pasti membayangkan, kalau saya ini tokoh besar. Tokoh oposisi yang ditangkap kemudian dipenjarakan. Ya, setidaknya seorang demonstran militan. Wouw…betapa gagah dan mulianya prasangkaan saudara itu. Semestinya, saya ini harus merawat kesalahpahaman itu sebaik mungkin, agar saya bisa sedikit terhibur. Sehingga diam-diam saya ini bisa merasa bahwa diri saya ini memang orang penting, orang besar yang selalu ditakuti penguasa.
Tapi, sebentar….(Mencermati sosoknya sendiri) Saya kok ya curiga, jangan-jangan saya ini memang orang besar,…. Setidak-tidaknya ada yang besar di dalam diri saya…. Iya lho, jangan-jangan saya ini benar-benar pemberani, militan dan cerdas. (Siwi meminta konfirmasi pada pring yang tergolek di lantai, lalu mematut diri seperti orang bercermin) Iya kan ? Coba lihat, setidaknya saya ini punya potongan sebagai pembangkang.. (Bertanya kepada piring) Pantas kan saya jadi pembangkang ? Soalnya, jadi pembangkang itu ternyata ada enaknya: kalau nasib baik, bisa terpelanting naik jadi penguasa atau setidak-tidaknya jadi petinggi negara. Perkara sesudah jadi penguasa lalu lupa berjuang, itu bukan soal pengkhianatan. Bukan. Itu justru menunjukkan sikap Konsisten untuk selalu tidak konsisten….(Pause)
Tapi celakanya, saya ini cuma seorang juru kunci. Kekuasaan saya cuma sebatas kuburan dan tulang-tulang berserakan. Itupun cuma juru kunci kuburan umum. Tentu, nasib saya akan jauh lebih baik, misalnya, kalau saya ini juru kunci Taman Makam Pahlawan. Sebab, menjadi juru kunci Taman Makam Pahlawan tentu lebih prestisius dan memiliki banyak privilige. Lha ya jelas, lha wong yang diurusi itu jazad para pahlawan.Ingat…p a h a l a w a n (sambil menggelembungkan mulut). Meskipun yang disebut pahlawan itu lebih pada orang-orang yang memegang senapan. Istilah yang digunakan saja beda. Kalau orang bersenapan yang mati maka ia disebut gugur dalam tugas: Gugur satu tum uh seribu, tunai sudah janji bhakti…. Lho mati saja ada lagunya. Coba kalau orang biasa yang mati, paling banter disebut meninggal. Apalagi kalau hanya kere yang mati, maka dengan semena-mena ia disebut tewas atau koit atau bahkan modar. Kok nggak ada ya kere mati disebut gugur dalam tugas. Padahal seorang kere pun pada galibnya juga punya tugas mulia…, karena kemuliaan itu ada ukurannya sendiri-sendiri, tergantung bagaimana kita memaknai kemuliaan itu,…..meskipun ya kebangetan jika tiba-tiba ada kere yang merasa benar-benar mulia. Gila masyarakat kita ini, ternyata masyarakat mayat pun disekat-sekat oleh kelas, tergantung dari status sosialnya. Dan sejarah yang ditulis para pendekar, cenderung menganggap senapan sebagai ukuran kepahlawanan. Bukan pada kecemerlangan otak, ketulusan pengabdian, dan ketegaran integritas dirinya.
Tapi, saya tidak ambil peduli. Meskipun mayat-mayat yang saya urusi tidak dikategorikan sebagai pahlawan, saya toh bangga. Bangga sekaligus terharu, karena mayat-mayat yang saya urus tak pernah mengeluh, meskipun tempat persemayamannya…panas, gerah, sumuk,….Mereka tidak minta AC untuk ruang kuburnya. Sangat berbeda dengan mayat-mayat di kuburan Senayan, baru sekali saja jadi mayat, sudah macem-macem menuntut ini-itu, minta kenaikan gaji…
Akhirnya saya paham. Kalau toh mereka itu tak banyak menuntut ini-itu, barangkali mayat-mayat itu memang sudah lama terdidik dan terbiasa hidup menderita ketika hidup di dunia. Sehingga wajar, misalnya, jika mereka lebih merasa nyaman di kuburan. Karena di dalam kubur mereka tidak pernah mengalami tekanan-tekanan dalam bentuk apa pun. Mayat-mayat yang urus itu begitu santun. Mereka adalah klien-klien saya yang terhormat, meskipun bisa jadi mereka mati tidak dengan cara terhormat. Mungkin saja ada yang terpaksa diseyogyakan untuk mati karena diberi bonus peluru, atau mendapatkan kehormatan dengan dijerat lehernya, atau dipaku kepalanya, diperam dalam kulkas…Dan ada satu mayat perempuan yang membisiki, bahwa ia mati disebabkan kemaluannya dimasuki benda bulat , panjang dan tumpul: selonjor besi. Ya….selonjor besi yang bulat, panjang dan tumpul itu dimasukkan pelan-pelan, kemudian ditekan sekuat tenaga. Sehingga rahimnya hancur, kemudian ia dibuang di sebuah hutan. Saya benar-benar terkesima dengan nasib mayat sahabat saya itu. Mbak, mbak, mbak…wahai mayat yang selalu hadir dalam mimpi burukku, di manakah kamu ? Ceritakan padaku tentang dirimu…
- Apa sih status Anda waktu hidup di dunia?
+ Saya hanyalah seorang buruh…
- Lalu kenapa Anda sampai meninggal?
+ Saya dituduh memimpin demonstrasi kenaikan gaji.
- Bukankah Anda yang bernama….
+ Jangan sebut nama saya. Nama saya telah menjadi hantu yang menakutkan bagi orang-orang yang dengan bangganya menghabisi saya demi perut mereka.
- Tapi nama Anda sudah sangat terkenal. Bahkan menjadi legenda yang cukup menggoncang dunia peradilan…
+ Dunia peradilan hanya terguncang. Namun tak mampu berbuat apa-apa. Nama saya hanya berhenti sebagai fakta, sebagai data yang disimpan dalam berkas-berkas mereka.
- Apakah Anda bisa menyebut nama orang-orang yang melenyapkan Anda?
+ Tidak. Kalau saya sebutkan, mereka pasti akan membunuh saya lagi. Saya takut untuk mati yang kedua kali.
SIWI tersadarkan. Lalu berkata:
Kenapa aku justru dleweran ngurusi persoalan besar yang masih gelap ? Bukankah persoalanku sendiri masih gelap ? Aku sendiri tak pernah tahu, bahwa diriku memiliki kelayakan untuk dikurung seperti ini. Tapi soalnya barangkali bukan layak atau tidak layak untuk dipenjara. Yang jelas, kasus ini butuh korban. Butuh tumbal. Dan aku menolak untuk ditumbalkan !
Besok, kepada interogrator akan saya katakan persoalan yang sesungguhnya. Biar semuanya jelas. (SIWI MENGANTUK) Oalllah…..interograsi, interograsi….Lagi-lagi interograsi…..
Mendadak terdengar derap suara sepatu. SIWI ketakutan. Ia segera bersembunyi dan tidur meringkuk di salah satu ruangan sel.
Musik keras menyapu.
BAGIAN DUA
Ketika SIWI tertidur, setting jeruji penjara berubah menjadi gerbang kuburan yang mendadak terbuka. Terdengar suara deru truk, mengeram dalam kelam. lalu mengendap derap kaki, memasuki kuburan, teriakan-teriakan yang seakan menyembunyikan rahasia, tetapi diucapkan dengan tergesa. Semua menggambarkan suasana pemakaman ratusan mayat, yang serba darurat: cepat dan gawat. SIWI, perlahan-lahan bangun dari tidurnya, tergeragap menyaksikan semua itu. Lalu ia pelan-pelan mengendap dalam gelap. Sampai kemudian suara truk menderu, menjauh.
SIWI: (Mengamati timbunan tanah, sesekali mengoreknya dengan tangannya, gugup….)
Satu.., tiga… sepuluh… Empat ratus….seribu lima ratus….lima ribu…. (Terus menghitung).
Dari malam ke malam semakin banyak saja mayat yang mereka lemparkan ke kuburan terpencil ini. Ini sudah malam yang ke sepuluh atau entah ke berapa. Otak saya jadi malas mengingat, karena begitu seringnya hal ini terjadi. Aneh. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Sepanjang saya jadi penjaga makam, baru kali ini saya mengalami kejadian seaneh ini. Saya memang mendengar kalau saat ini sering terjadi pembunuhan. Jangan-jangan ini bukan sekadar pembunuhan, tapi pembantaian… (Siwi terus bergerak ke sekeliling panggung, mengamati “mayat-mayat” yang terkubur bergelimpangan tak sempurna.
Ia terkepung oleh hamparan mayat yang begitu mengenaskan. Berulangkali ia memungut sesuatu dan mengamati “benda” yang ada di tangannya, dan ia selalu kaget terbelalak). Kepala…biji mata….tangan….kaki… Gila…tubuh manusia dicerai berai seenak wudelnya sendiri. Rupanya iblis sudah menjelma pada diri manusia. Perilaku mereka jauh lebih iblistik daripada iblis itu sendiri. (Siwi terus bergerak mengamati “mayat-mayat” yang bergelimpangan. Musik. Siwi menguburkan mayat-mayat dalam suasana yang karikatural, sampai akhirnya terhenti ketika menjumpai mayat perempuan berkuning langsat)
Astaga…saya kenal perempuan ini. Kenapa ia harus mati. Gila…aroma kematiannya masih terasa menyengat, dan dari selangkangnya masih mengalir darah. Sempat-sempatnya pembunuh itu menyempurnakan keiblisannya sehingga hancurlah kehormatan perempuan ini…(Mayat perempuan itu merintih)
“Saya tidak tahu apa kesalahan kami. Tiba-tiba saya lihat puluhan orang datang menyerbu toko kami. Harta benda kami dijarah. Mereka seperti menumpahkan kebencian kepada kami. Papah dan mamah saya disiksa, sementara saya dan cacik saya dijadikan pesta. Keluarga kami dibantai. Toko kami dibakar lalu papah saya dilempar ke dalam lautan api. Juga mamah saya, cacik saya, engkoh saya, dan saya…”
Gila ! Peradaban apa ini ? Bagaimana mungkin nafsu dan kekejaman bisa bekerja sama secara kompak begini? Manajemen kekejaman macam apa yang mereka gunakan? Apakah ini yang disebut kekejaman dengan paradigma baru? (Pause) Paradigma-paradigma ndasmu!
Siwi mengangkat satu persatu mayat itu, dengan perasaan tertahan. Ia berulangkali mau muntah mencium anyir darah. Ia mematung di antara “mayat-mayat”. Cemas.
SIWI : Barangkali kuburan ini tak cukup menampung mayat-mayat tak bernama itu. Ribuan orang mati, serapuh daun rontok ditiup angin. (Pause) Kenapa begitu gampang orang mati? Kenapa begitu ringan orang membunuh, seringan orang mencabuti bulu ketiak?. Mereka tak lagi butuh alasan untuk membunuh. Dan para korban pun dipaksa tak boleh tahu kenapa harus mati. Apakah mereka harus mati hanya karena berbeda warna kulitnya, beda bentuk matanya, berlainan cara bicara dan bahasanya, atau hanya karena tidak sama ketika menyembah Tuhannya. Kenapa untuk semua perbedaan itu, sekarang ini orang harus mati ?
Aneh, begitu banyak orang tak berdosa mati. Sementara orang yang dosanya luar biasa banyaknya malah tidak mati-mati. Ini sangat-sangat tidak fair. Ini sudah kebangeten. (Pause) Saya jadi percaya, maut ternyata tidak bisa bekerja sendirian. Sebab, maut bisa diciptakan. Maut bisa diselenggarakan oleh siapa pun yang berkuasa. Mereka bisa menaburkan maut kapan saja, sehingga udara yang terhisap selalu berbau kematian. Ya…kematian yang bisa di order kapan saja…. (Siwi menyulut rokoknya. Menghembuskan asap kuat-kuat)
(Siwi tiba-tiba tersadar jika dirinya telah ngelantur) Lho, lho….saya ini kan cuma penjaga makam, juru kunci kuburan, kok heroik banget ta ? Seharusnya, saya tak perlu repot-repot memikirkan soal ini. Biarin aja, gitu aja kok repot. Bukankah bagi saya kematian itu sudah menjadi hal biasa. Malah, kalau sehari tak ada orang mati, bagi saya justru aneh. Saya jadi kehilangan peluang. Penghasilan pun berkurang. Jadi mestinya kalau ada orang mati, diam-diam saya bersyukur. Itulah sebabnya, — jangan bilang-bilang ya — setiap hari saya sering berdoa agar Tuhan memperbanyak jumlah angka kematian: Tuhan kirimkan kematian ke kuburan kami, Gusti Allah paringana sripah…
Tapi tentu saja, saya cuma berharap pada kematian yang wajar. Yaitu, orang yang benar-benar mati karena dipanggil Tuhan, bukan karena dimatikan. Lho…jelek-jelek, saya ini penjaga makam yang sedikit tahu etika, tahu fair play, win and win solution, cingcay…. Karena itu pula, di kuburan sini saya tak pernah main kadal-kadalan. Saya ogah melakukan korupsi, habis memang tidak ada yang layak dikorupsi di sini. Apa, bunga? Masih lumayan kalau bunga bank! Apa, kemenyan? Lumayan juga, bisa untuk mut-mutan. Mosok, saya harus rebutan dengan dhemit?
Kalau toh saya harus melakukan tindakan ilegal, paling banter saya cuma menyewakan tempat bagi pasangan yang nggak kuat sewa hotel. Short-time di sini lebih murah..
Nah, lihat, di pojok yang gelap sebelah sana biasanya mereka main. Cukup menggelar koran. Heran saya, apa ya mereka nggak takut ganthet! Tapi ini juga keuntungan sampingan yang cukup lumayan. Di samping dapat uang sewa tempat, sekali-kali saya juga bisa…. mengintip mereka….Jadi setiap malam saya bisa lihat siaran langsung”BF”. Pada awalnya memang seru dan syur. Tapi lama-lama bosen juga. Habis gayanya monoton sih…Mereka kurang berani melakukan terobosan kreatif dan penjelajahan estetik. Terlalu kuno dan konvensional!
Ya, begitulah, saudara-saudara. Ternyata saya tak cuma berurusan dengan mayat, tapi juga dengan bermacam orang dengan beragam watak. Ada yang memang datang untuk ziarah kubur. Tapi ada juga yang datang untuk minta berkah. Itu lho, di tengah-tengah itu, biasanya puluhan orang bertirakat di bawah pohon beringin besar itu. Katanya sih ada yang menunggu pohon beringin itu. Kata orang-orang itu juga, di bawah pohon beringin itu tersimpan harta karun yang luar biasa banyaknya. Pikiran gendheng macam apa ini. Apa ya memang dulu ada raja yang menguras duit negara lalu menyimpannya di bawah akar-akar beringin itu, sehingga harta korupsinya tak terlacak?! Tidak faham saya. Lho percaya kok sama beringin…
BREAK. ISTIRAHAT.
SIWI tersentak. Ia mendengar suara mengerang. Suara itu sesungguhnya sudah mulai terdengar sayup saat siwi masih asyik bicara. Sampai kemudian erangan itu menyadarkan SIWI dan membuatnya segera mencari asal suara. Lalu ia mendapati satu tubuh yang tergolek, kotor dan payah, setengah hidup-setengah mati, tangannya menggapai-gapai minta tolong. segera SIWI membopong tubuh itu, kepayahan menyeretnya ke tempat yang lebih terang. Dengan satu gerakan, SIWI berubah posisi: menggeletak payah dengan tangan menggapai-gapai. siwi berubah peran jadi mayat (seorang mahasiswa)
MAHASISWA: (Mengerang kepayahan)
Tollooonggg….. aduhhhh…aduhhhh…panas….panas…panas (Terus mengerjat-ngerjat)….Tolong….air….air…..kalau ada teh panas juga boleh…..
Dengan satu gerakan mayat itu kembali berubah jadi SIWI: Mencoba menolong dan menenangkan
SIWI: Tenang, Mas… Tenang… Saya Siwi. Ya… S..i..w..i..(Es -ai - double you- ai)! Penjaga makam di sini. Nggak usah takut. Ayo, duduklah. Mau minum lagi? (Siwi bergerak mengambil air minum, kembali, dan meminumkannya pada mahasiswa itu, imajiner) Nah, begitu kan enak. Mas aman di sini.
SIWI berubah jadi mahasiswa
MAHASISWA:
Apakah saya ada di neraka ? Kok panasnya bukan main….Aduhhhh jangan masukkan saya ke neraka…..Jangan….Jangan siksa saya….Jangan potong kemaluan saya. Percayalah….selama hidup jadi mahasiswa, saya selalu menggunakan kemaluan saya untuk hal-hal yang tidak memalukan. Tapi….. kalau toh cuma sesekali….pernah juga….Tapi,…tapi… itu saya lakukan dengan amat sangat terpaksa, karena nggak kuat nagmept. Tapi itu cuma sekali,….she, dua kali….Pertama dengan pacar saya….Kedua, dengan ibu kost saya….Tapi percayalah, dialah yang memaksa saya, sehingga saya pun terpaksa dengan penuh suka rela, memenuhi permintaannya yang penuh paksaan itu….Itupun terpaksa saya lakukan, karena saya mencoba menghargai paksaannya yang memang saya harapkan
SIWI: Anda ini kok malah bikin pengakuan segala…Ehhh Mas…berdosa ya berdosa, tapi jangan jujur-jujur amat. Mestinya Anda ini justru harus berbelit-belit, bahkan kalau perlu bikin segala macam trik, biar pemeriksaannya bisa lebih dramatik. Pakai pura-pura sakit, siapa tahu nanti dikasihani, terus diampuni. Tapi ngapai pakai ngaku-ngaku segala, lha wong situ masih di alam kubur. Belum di alam sono….
MAHASISWA:
Lho,….saya masih di alam kubur ?
Pantesan…kok gelap. Trus, anda ini siapa ? Interogrator alam kubur ya ? Aduhhhhhh….jangan periksa saya. Jangan. Saya tidak siap diperiksa. Jangan….jangan ! Jangan cecar saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Jangan….Selama hidup jadi mahasiswa, saya sudah terlalu capek menjawab pertanyaan yang sulit-sulit dari dosen saya, apalagi untuk pertanyaan bersifat esai,….saya malah sering bingung. Kalau you mau bertanya kepada saya, yang gampang-gampang saja ya….chek point saja. Jadi saya tinggal melingkari saja….
SIWI: Saya ini Siwi…..Penjaga kuburan ini. Tenanglah,…anda nggak usah panik. Anda ini belum mati. Ayo diminum lagi….Nah, segar kan ? Nah, duduklah dengan tenang. Ambil nafas dalam-dalam lalu hembuskan pelan-pelan. Tak perlu khawatir,…di sini anda aman.
MAHASISWA: (kembali panik)
Tapi orang-orang bertopeng itu ?
Jumlah mereka banyak. Sangat banyak. Lihat ! Lihat ! Mereka berderap-derap kemari. Jangan….jangan siksa saya ! jangan bunuh saya ! Bukan saya penggeraknya. Bukan. Jangan….jangan copot jantung saya….
SIWI:
Jantung ? Bukankah jantung anda masih ada ?
Coba….raba dada anda…Nah masih berdenyut kan ? Anda masih hidup
MAHASISWA:
Benarkah saya masih hidup. Kemarin saya merasa sudah mati. Dada saya terasa pecah. Entah oleh apa. Entah oleh siapa. Tapi saya melihat kelebat orang-orang bertopeng itu meringkus saya, membekap saya, mencekik saya…. Tubuh saya berulangkali dibanting, diinjak, diludahi. Dan mendadak ada tangan-tangan berkelebat menghunjamkan belati di dada saya.
Ya….. darah segar muncrat. Terus mengalir. Deras. Amat deras. Sampai berliter-liter. Pandangan saya berkunang-kunang. Saya jatuh…terkapar…tak berdaya…. Di dalam kesadaran saya yang timbul tenggelam, saya rasakan mereka menyeret tubuh saya. Terus menyeret sampai jauh. Sampai saya sadar….sampai akhirnya anda menemukan saya di sini…di kuburan sunyi ini…(Pause).
Mas Siwi,…saya berterimakasih karena anda telah menyelamatkan saya. Tapi meski nasibnya cukup beruntung, saya toh tetap sedih.
Puluhan, bahkan ratusan teman saya mati mengenaskan di jalan-jalan, di selokan-selokan. Mereka beramai-ramai dibantai, justru ketika mencoba menghentikan pembantaian gila ini. Kami memperjuangkan pikiran waras, tapi orang-orang bertopeng itu menjawabnya dengan nyalak senapan dan gebukan pentungan. Mas Siwi, kita harus menghentikan proyek gila ini !
SIWI:
Kita ? Kita siapa ? bagaimana pun kita ini beda. Anda mahasiswa. Saya cuma juru kunci. Mahasiswa itu masa depannya jelas, bisa lulus sarjana, jadi birokrat, jadi politikus, jadi pengusaha….Sedang juru kunci ? Mau jadi apa ? Juru kunci itu jabatan paripurna. Pol. Mosok, ada juru kunci terpeleset jadi Dirjen Pemakaman…..
MAHASISWA:
Meskipun mas Siwi ini cuma juru kunci, tapi Mas Siwi tahu banyak soal pembantai ini. Mas Siwi mesti berani jadi saksi kunci untuk membongkar kasus ini…
SIWI: (kaget, bahkan setengah takut)
Saksi kunci ? Aduhhhhh…jangan Mas…apalah saya ini. Saya ini cuma teri yang gampang diuntal oleh ikan-ikan kakap
MAHASISWA:
Justru karena kita teri, maka kita harus berani bersaksi, agar ikan-ikan besar itu tidak sewenang-wenang melalap jutaan teri yang lain.
Tapi semuanya terserah mas Siwi. Saya cuma menganjurkan….
Dan kelebat bayangan orang-orang bertopeng itu bagai bermunculan dari rimbun kelam. SIWI ketakutan, mencoba sembunyi. Sementara SIWI sendiri langsung pontang-panting menyelamatkan diri. Beberapa saat kemudian, kelebat bayangan “orang-orang bertopeng” itu menghilang. SIWI merasa selamat dari ancaman, meski ia masih juga cemas dan ngos-ngosan.
SIWI: Orang-orang bertopeng itu lagi. Siapakah sebenarnya mereka? Apa hubungan orang-orang bertopeng itu dengan pembantaian demi pembantaian yang kini berkecamuk di mana-mana?! Apakah orang-orang bertopeng itu yang mengirim mayat-mayat ke sini? (SIWI mengamati sekeliling, melangkah hati-hati, takut menginjak mayat-mayat yang bergelimpangan memenuhi kuburan) Bau kematian yang berpusaran memenuhi udara. Apakah mereka tak bisa lebih beradab sedikit dengan memberi penghormatan yang layak bagi mayat-mayat ini? Boleh jadi ketika hidup, mayat-mayat ini memang pencoleng, perusuh, pemberontak — atau apa saja. Tetapi bukan berarti mayat-mayat ini boleh dilempar begitu saja ke kuburan, tanpa penghormatan.
Lalu SIWI bergerak ke satu sudut, mengambil bendera-bendera putih mungil yang terikat pada batang-batang bambu kecil. kemudian mencapkan bendera-bedera putih itu ke tanah, seperti tengah menanam nisan, sambil terus bicara….
SIWI: Aku tak kenal kalian, tapi aku tak bisa membiarkan kalian terkubur tanpa penghormatan. (Menancapkan bendera-bendera putih itu) Anggap saja ini upacara kecil bagi kematian kalian. Semoga saja bisa membuat kalian sedikit terhibur. Aku tak punya banyak dana untuk membiayai upacaya besar bagi penguburan kalian. Aku cuma penjaga kuburan. Maafkan, kalau upacara ini kurang sempurna. Tak ada terompet yang mengringi pemakaman kalian, tak ada tembakan salvo, tak ada liputan televisi, tak ada bunga, tak ada kembang api…. (Terus menanami bendera-bendera putih itu, sampai hampir memenuhi semua sudut kuburan. Sementara itu bagai doa yang mengiringi upacara kecil SIWI, terdengar suara gemeremang, seperti suara-suara orang bertahil. Seperti suara-suara orang berdoa yang menggigil. Begitu gaib. Suara itu menjadi bagian dari upacara penguburan yang tengah dilakukan SIWI). Istirahatlah dengan damai. Tak usah kalian mengutuk mereka yang membantai kalian. Aku tahu, kalian marah dan menyimpan dendam karena kematian kalian yang terasa begini hina. bagikupara pembantai kalianlah yang jauh lebih hina. Siapa pun yang membantai kalian, sungguh luar biasa menjijikkan. Memuakkan! Kukira hanya setan — setidaknya mereka yang bersekutu dengan kekuasaan setan — yang bisa melakkan pembantaian macam ini.. Celakanya, kita tak pernah tahu siapa mereka itu. Ya…bagi mereka…orang-orang macam kalian lain tak lebih dari seekor hama yang selalu dianggap mengancam hasil panen kekuasaan mereka. Padahal mereka tidak pernah menanam. Tidak pernah, kecuali memaksa memeras keringat orang lain untuk bercocok tanam. Mereka tak lebih dari mandor-mandor yang menganggap kekerasan sebagai kebenaran.
Sambil terus menanam bendera-bendera putih kecil itu, dalam benak SIWI berkecamuk kegelisahan bercampur kecemasan. Sampai kemudian terdengar suara tangis bayi yang menyayat-nyayat. Tangi itu mula-mula terdengar sesekali, membuat SIWI menajamkan pendengarannya. Lalu tangin itu menghilang. Siwi kembali menanam bendera-bendera putih itu denga khusyuk. lalu kembali terdengar suara bayi melengking, SIWI mencari sumber suara. Tapi sia-sia. Suara bayi itu selalu mendadak lenyap ketika SIWI mendekat.
SIWI:
Aneh… Jangan-jangan bayi itu anak jin yang dibuang ke kuburan ini. Tapi untuk apa jin itu membuang anaknya sendiri? Dia bukan termasuk mahluk yang tidak bertanggungjawab seperti manusia yang gemar membuang bayi dari hasil hubungan yang tak resmi.
Kembali terdengar suara tangis bayi. Kali ini segera di susul tangis bayi-bayi yang lain.Tangis bayi itu bagai bermunculan dari segala penjuru, menjadi nyanyi keperihan yang berkumandang memenuhi malam. SIWI benar-benar dikepung suara bayi….
SIWI : Saya curiga, suara-suara itu adalah tangis arwah bayi. Saya curiga…… ada begitu banyak bayi dibunuh. Jangan-jangan…..pembantaian tidak hanya menelan korban orang-orang tua…tapi juga bayi-bayi….
SIWI bergerak ke sekeliling panggung. Ia berjalan di antara hamparan mayat-mayat…. sampai kemudian ia terpekik kaget ketika di antara timbunan mayat, ia menemukan puluhan mayat bayi.
SIWI:
Edan!!! Ternyata dugaan saya tidak meleset. Mereka juga membantai bayi-bayi…. Bayi-bayi pun dibunuh tanpa ampun. Bayi-bayi pun dibantai secara beruntun. Rupanya mereka tak ubahnya raksasa yang meramu nyawa bayi menjadi jamu, yang direguk supaya bisa hidup abadi. Gila. Langkah generasi sedang dimatikan. Generasi demi generasi dilenyapkan dari rahim zaman, untuk diganti mesin-mesin yang hanya bisa patuh….
SIWI mencoba mengubur puluhan mayat bayi itu dengan khidmat, sambil menembangkan keperihan…. terkadang ia seperti menimang-nimang….
SIWI : (Menembang)
Di bening matamu kuberkaca
mencari makna duka lara
Di tangismu kudengar nyanyian
adakah itu nyanyian Tuhan….
Tidurlah tidur anak kehidupan
Tidurlah tidur dalam kedamaian….
Sambil terus menembang, Siwi mengubur dan menancapkan bedera-bendera putih itu. Ia tak pernah menyadari, betapa puluhan mata menatapnya dari balik belukar. Sampai kemudian SIWI terkejut, ketika puluhan orang bertopeng telah mengepungnya. SIWI merayap mundur. Orang-orang bertopeng terus mengepung…. Ketika SIWI menyadari bahwa ia tak punya kesempatan untuk meloloskan diri, ia lalu mencoa memberanikan diri untuk menghadapi puluhan orang bertopeng itu. Keberaniannya bangkit, seperti keberanian orang yang sudah tak punya pilihan. Maka SIWI mencoba berdiri tegar, meski tetap saja gemetar. Ia berusaha berkata tegas meski tetap saja cemas. Di puncak kegeramannya ia mengaum:
SIWI :
Barangkali otakku terlalu beku untuk bisa mengurai silang sengkarut persoalan yang membuat begitu banyak orang takut. Atau barangkali aku terlalu gegabah untuk menjamah masalah yang mendadak tumpah ruah. Atau barangkali, aku terlalu nekad, terlalu berani untuk memasuki rimba persoalan yang nggegirisi ini…
Kalau akhirnya kuputuskan untuk bersaksi, bukan karena aku ingin jadi pahlawan. Bukan. Sebab kepahlawanan itu rapuh. Dan kepahlawanan itu dari hari ke hari semakin merosot harganya. Aku bersaksi karena aku sekadar ingin menebus rasa bersalah, dan rasa berdosa saya terhadap mayat-mayat sahabat saya. Sebab selama ini aku lebih banyak diam, lebih banyak bungkam…. Ternyata tidak selama diam itu emas.
Kenapa tragedi kemanusiaan yang jelas dan gamblang, selalu dibuat ngambang ?
Kenapa orang yang sudah jelas bersalah, justru dilindungi dan diberi ampunan ?
Kenapa orang-orang yang jelas menjadi korban justru dinistakan dan diberi hukuman ?
Aku jadi curiga, ada begitu banyak kepentingan sedang dipertahankan.
Aku jadi curiga, ada begitu banyak nama yang hendak diselamatkan demi kehormatan yang dipaksakan. Kehormatan yang dipahatkan dan dijulangkan di antara nisan-nisan tak bernama.
Aku jadi curiga, ada begitu banyak fakta sedang ditenggelamkan.
Aku jadi curiga banyak kisah nestapa, hanya dijadikan cerita yang asyik untuk dopidatokan.
Aku jadi curiga terhadap segala kecurigaan yang dibudidayakan untuk menciptakan ketakutan.
Aku jadi curiga terhadap semua sandiwara yang dimainkan.
Aku jadi curiga, bahwa kecurigaanku pun selalu dicurigai
Aku jadi curiga….
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Aku curiga…..
Mendadak ada jaring-jaring besar turun yang memerangkap SIWI. SIWI berjuang keras untuk lolos dari jaring itu. Ia berteriak-teriak marah dan terus bergulat mencoba meloloskan diri dari belitan jaring raksasa itu. Tapi jaring itu ternyata lebih kuat.. Jaring itu terus membungkus, meringkus. Siwi terus saja mengerjat meronta-ronta mencoba membebaskan diri. Teriakannya kian lama kian melemah. tenaganya terkuras, lantas perlahan lemas. Lampu perlahan meredup.Kemudian terdengar sayup suara jeruji dipukuli, seperti bagian awal. Dentang itu perlahan mengeras, dan mengeras. Sampai panggung menggelap. Dan yang tersisa hanya cahaya yang bagai lembing perak menimpa kisi-kisi jeruji. Sementara dentang jeruji dipukuli masih sesekali terdengar….
.

Jumat, 26 April 2013

Makalah Interaksi Belajar Mengajar





PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR
Dosen pembimbing    : Ermawati S, S.Pd.,MA.,

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 (TIGA)

Joko Suwono
Dessy Anjana
Dewi Purwati
Erma Yulis
Ilam Sartika
Fitri Anggoro Sari
Fera Tri Suhelti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKAN BARU
2012
 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, yang telah menganugrahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan, tidak lupa pula penulis kirimkan shalawat beserta salam kepada nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang pebuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan makalah ini dibantu oleh beberapa teman kelompok dalam diskusi dan dibantu juga oleh beberapa pedoman buku yang ada, sehingga semua itu dapat di rangkum dalam sebuah makalah. Adapun judul makalah ini adalah “Pengelolaan dan Pemngembangan Sumber Belajar”
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.


Pekanbaru, 16 November 2012

 Penulis





DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2  Rumusan Masalah........................................................................................................... 3
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan.......................................................................................... 3
1.4  Penjelasan Istilah............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tugas Guru Dalam Pengembangan Fasilitas dan Sumber Belajar....................................... 5
2.2 Catatan untuk Guru dan Sekolah...................................................................................... 5
2.3 Penggunaan Fasilitas dan Sumber Belajar......................................................................... 6
2.4 Implementasi Ktsp 7
2.4.1 Kompetensi Dasar............................................................................................... 7
2.4.2 Menciptakan Lingkungan yang Kondusif.............................................................. 8
2.4.3 Mendisplinkan Peserta Didik............................................................................... 9
2.4.4 Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah................................................... 10
2.4.5 Mengubah Paradigma (pola Pikir) Guru............................................................... 11
2.4.6 Memberdayakan Tenaga Kependidikan............................................................... 13
2.5 Panduan Pengembangan Silabus...................................................................................... 15
2.5.1 Proses Pengembangan Silabus............................................................................. 15
 2.5.2 Komponen-Komponen Silabus........................................................................... 15
2.5.3 Prosedur Pengembangan Silabus.......................................................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 17
3.2 Saran …………………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Proses belajar mengajar dalam pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Belajar juga merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar.
Strategi dan pendekatan pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada siswa sebagai subyek (student centered). Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Tanpa guru, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain. Sehubungan hal tersebut para pendidik atau guru di sekolah diharapkan untuk dapat menggunakan sumber belajar secara tepat.
Sumber belajar dalam pengertian yang sempit sering  dipahami sebagai buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya seperti majalah, LKS, dan lain-lain. Pengertian seperti ini masih banyak dipakai dewasa  ini oleh sebagian besar guru termasuk juga beberapa guru TK. Association for Educational Communication and Technology atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan yang sering disingkat AECT (1977) memberikan batasan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar. Pengertian sumber belajar menurut AECT  ini menguraikan secara rinci jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan sekitar.
 Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
a.       Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b.      Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan  (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Dalam memilih sumber belajar harus memiliki kriteria seperti berikut:
a.       Ekonimis    : tidak harus terpatok pada harga yang mahal;
b.      Praktis        : tidak memerlukan pengelolaan yang sulit, rumit dan langka;
c.       Mudah       : dekat dan tersedia di lingkungan kita;
d.      Fleksibel     : dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional;
e.       Sesuai dengan tujuan           : mendukung proses dan pencapaian tujua belajar dapat
  membangkitkan motifasi dan minat belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan membahas tentang pengelolaan dan pemngembangan sumber belajar yang meliputi (a) tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, (b) Catatan untuk guru dan sekolah, (c) penggunaan fasilitas dan sumber belajar, (d) Implementasi KTSP, (e) Panduan pengembangan silabus.
1.2        Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.      Bagaimana tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar?
2.      Bagaimana catatan untuk guru dan sekolah?
3.      Bagaimana penggunaan sumber belajar dan fasilitas?
4.      Bagaimana Implementasi KTSP?
5.      Bagaimana panduan pengembangan silabus?


1.3        Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar.
2.      Mengetahui catatan untuk guru dan sekolah.
3.      Mengetahui penggunaan  fasilitas dan sumber belajar.
4.      Mengetahui implementasi KTSP.
5.      Mengetahui panduan pengembangan silabus.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi pembaca dan bagi pengajaran dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumber belajar.

1.4        Penjelasan Istilah
Dalam penjelasan ini terdapat beberapa penjelasan istilah untuk membantu para pembaca dalam memahami makalah ini, sebagai berikut:
1.      Sumber belajar adalah sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar.
2.      Kompetensi menurut KBBI (2008:719) adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu)
3.      Implementasi menurut KBBI (2008:529)  adalah pelaksanaan; penerapan.
4.      Fasilitator menurut KBBI (2008:389) adalah orang yang menyediakan fasilitas; penyedia.
5.      Remediasi menurut KBBI (2008:1161) adalah tindakan atau proses penyembuhan.
6.      Integrasi menurut KBBI (2008: 541) adalah pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
7.      Asumsi menurut KBBI (2008: 96) adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berfikir karena dianggap benar.
8.      Silabus merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum, yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Tugas Guru Dalam Pengembangan Fasilitas dan Sumber Belajar.
Adapun tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar antara lain:
1.      Membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga.
2.      Berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.
3.      Perdayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya:
a.       Memanfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat.
b.      Mengupayakan peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang kreatif dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar secara luas, untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal.
c.       Upaya ini harus menjadi kepedulian bersama antara kepala sekolah, komite sekolah, dan pegawai sekolah secara professional.

2.2    Catatan Untuk Guru dan Sekolah
Catatan untuk guru dan sekolah meliputi:
1.      Sampai saat ini, buku pelajaran masih merupakan sumber pelajaran yang sangat penting bagi para peserta didik, meskipun masih banyak yang tidak memilikinya, terutama bagi sekolah-sekolah yang berada di luar kota, di perdesaan dan di daerah-daerah terpencil.
2.      Pemilihan buku pelajaran hendaknya mengutamakan buku wajib, yang langsung berkaitan dengan pencapaian kompetensi tertentu.
3.      Pemilihan buku pelengkap implementasi kurikulum 2004 hendaknya tetap berpedoman pada rekomendasi atau pengesahan dari dinas pendidikan dan pertimbangan lain yang tidak memberatkan orang tua.
4.      Kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah tidak memaksakan kepada peserta didik untuk membeli buku terbitan tertentu setiap tahun.
5.      Peserta didik dianjurkan menggunakan buku-buku bekas milik kakak atau keluarga lain yang tidak dipakai lagi.
6.      Tuntutan reformasi dalam bidang pendidikan, yakni mengembangkan atau menyediakan pendidikan yang murah dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Idealnya dalam proses belajar mengajar dikembangkan:
1.      Ruang kelas untuk setiap rumpun mata pelajaran yang dilengkapi fasilitas dan sumber belajar untuk pembentukan kompetensi peserta didik dan pencapaian setiap tujuan pembelajaran.
2.      Kelas-kelas yang lengkap ini terutama diperlukan untuk melakukan pembelajaran team (team teaching), dan kelas yang dinamis (moving class).
3.      Kelas yang ideal ini hanya bisa dikembangkan oleh sekolah-sekolah yang berstatus sosial ekonomi menengah keatas.
4.      Jika pemerintah sudah mampu dan mau merealisasikan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN, maka kelas yang ideal ini akan dapat di realisasikan di seluruh sekolah dalam berbagai lapisan masyarakat.

2.3    Penggunaan Fasilitas dan Sumber Belajar
Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting untuk:
1.      Melengkapi, memelihara, dan memperkaya hasanah belajar, sumber belajar.
2.      Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas belajar yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun peserta didik.
3.      Memungkinkan peserta didik menggali berbagai konsep yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari sehingga menambah wawasan dan pemahaman yang senantiasa aktual serta mampu mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya.


Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki kegunaan sebagai berikut:
1.      Merupakan pembukaan jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran yang akan ditempuh.
2.      Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara lebih teliti menuju pada pembentukan kompetensi secara tuntas.
3.      Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang akan dikembangkan.
4.      Memberikan petunjuk dan gambaran kaitan kompetensi dasar yang sedang dikembangkan dengan kompetensi dasar lainnya.
5.      Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain yang berhubungan dengan mata pelajaran tertentu.
6.      Menunjukkan berbagai macam permasalahan yang timbul, sebagai konsekuensi logis dalam pengembanagan kompetensi dasar yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari peserta didik yang sedang belajar.

Ada dua cara memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar:
1.      Membawa sumber belajar kedalam kelas.
2.      Membawa kelas ke lapangan.

2.4        Implementasi Ktsp
2.4.1  Kompetensi Dasar
      Kompetensi dasar yang perlu dikembangkan dalam implementasi kurikulum 2004 yang
diwujudkan dalam kurikulum 2006 yang lebih di kenal dengan KTSP yaitu:
1.       Kompetensi dasar iman dan takwa (imtak);
2.       Kompetensi dasar bahasa (Inggris dan Arab);
3.       Kompetensi dasar komputer dan internet;
4.      Kompetensi dasar tatakrama dan budi pekerti;
5.       Kompetensi dasar komunikasi dan teknologi;
6.       Kompetensi dasar penelitian;
7.      Kompetensi dasar organisasi;
8.      Kompetensi dasar kemasyarakatan, dan
9.      Kompetensi dasar kewirausahaan.
Menurut Ashan ada 6 langkah analisis kompetensi:
      Pertama, analisis tugas. Analisis tugas dimaksudkan untuk mendiskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh lulusan kedalam indikator-indikator kompetensi.
      Kedua, pola analisis. Pola analisis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada dalam pekerjaan. Pola analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada di masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para karyawannya.
      Ketiga, research. Research (penelitian) dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian, dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang, diidentifikasi sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk dikuasi oleh individu dalam menempuh kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman.
      Keempat, expert judgment. Expert judgment atau pertimbangan ahli di maksudkan untuk menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbanagn para ahli.
      Kelima, individual or group interview data. Analisis kompetensi yang berdasarkan wawancara, baik secara individu maupun secara kelompok dimakdsudkan untuk menemukan informasi tentang kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk lisan.
      Keenam, role play. Dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan pengamatan dan peniliaan terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu.

2.4.2  Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Menciptakan lingkungan yang kondusif meliputi:
1.      Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun cepat dalam melakukan  tugas pembelajaran.
2.      Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah.
3.      Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman, dan nyaman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik segara optimal.
4.      Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain.
5.      Melibatkan peserta didik dalam perencanaan belajar dan pembelajaran.
6.      Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggungjawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber belajar.
7.      Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri (self education).

2.4.3  Mendisiplinkan Peserta Didik
Mendisiplinkan peserta didik meliputi:
1.      Konsep diri (self-concept); strategi ini bahwa konsep-konsep dari masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
2.      Keterampilan berkomunikasi (communication skill); guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong dan timbulnya kepatuhan peserta didik.
3.      Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical quences); prilaku-prilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Untuk itu, guru disarankan: a) menunjukkan secara tepat tujuan prilaku yang salah, sehingga membantu pesrta didik dalam mengatasi prilakunya, b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari prilaku yang salah.
4.      Klasifikasi nilai ( values classification); strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.
5.      Analisis transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi rmasalah .
6.      Terapi realitis (reality therapy); sekolah harus berupaya mengurangi kegagalanan meningkatkan keterlbatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab.
7.      Disiplin yang terintegrasi (assertive displine); metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8.      Modifikasi prilaku (behavior modification); prilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remidiasi. Untuk itu, perlu dicipakan lingkungan yang kondusif.
9.      Tantangan bagi disiplin (dare to displine); guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertanma disekolah, dan guru membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi pemimpin.

2.4.4 Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah
1.      Pembinaan mental, yaitu pembinaan para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proposional dan professional.
2.      Pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan.
3.      Pembinaan fisik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal ytang berkaian dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan, dan penampilan mereka secara ilmaih.
4.      Pembinaan artistik, yaitu tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia tehadap seni dan keindahan.


2.4.5 Mengubah Paradikma (Pola Pikir) Guru
Guru sebagai fasilitator setidaknya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang didefenisikan oleh Rogers (dalam Knowles, 1984) sebagai berikut:
1.      Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka;
2.      Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya;
3.      Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun;
4.      Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran;
5.      Dapat menerima balikan, baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstributif terhadap diri dan prilakunya.
6.      Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
7.      Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.

Agar implementasi kurikulum 2006 berhasil memperhatikan perbedaan individuan peserta didik, guru perlu memperhatiakn hal-hal sebagai berikut: 
1.      Mengurangi metode ceramah
2.      Memberikan tugas yang berbeda bagi peserta didik
3.      Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran
4.      Memodifikasi dan memperkaya bahan pelajaran
5.      Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik mempunyai kelainan
6.      Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan
7.      Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dala kecepatan yang sama
8.      Mengembankan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada setiap pelajaran
9.      Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran

Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami mereka menilai kegiaan-kegiatan sebagai berikut:
1.      Mengobsevasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik dikelas maupun diluar kelas
2.      Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama, dan setelah pembelajaran
3.      Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang konstrutif
4.      Mempelajari catatan peserta didik yang adekwat
5.      Membuat tugas dan latihan untuk kelompok
6.      Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda
7.      Memberikan penilaian secara adil, dan transparan

Agar kurikulum 2006 dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Menguasi dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik
2.      Menyukai apa yang diajarnya dan menyukai menajar sebagai suatu profesi
3.      Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya
4.      Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik
5.      Mengliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam kaitannya dalam pembentukan kompetensi
6.      Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir
7.      Menyiapkan proses pembelajaran
8.      Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik
9.      Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan

Karakteristik guru yang behasil mengembangkan pembelajaran secara efektif dapat didefenisikan sebagai berikut:
1.      Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil)
2.      Antusias dan bergairah terhadap bahan, ke;as, dan seluruh kegiatan pembelajaran
3.      Berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap peserta didik)
4.      Memperhatikan perbedaan individual peserta didik
5.      Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal
6.      Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik
7.      Tidak menonjolkan diri, dan menjadi teladan peserta didik

Berbagai strategi yang dapat dikembangkan dalam rangka pelatihan guru antara lain sebagai berikut:
1.      Mengadakan penataran dan pelatihan guru untuk setiap rumpun mata pelajaran, yakni rumpun mata pelajaran MIPA, Bahasa, IPS, Agama, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian (muatan lokal). Pelatihan ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi terdekat yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
2.      Mengadakan loka karya guru mata pelajaran disekolah untuk mengembangkan:                           a.       kompetensi dasar
b.   indikator hasil belajar
c.   materi standar (bahan ajar dan lembar kegiatan peserta didik)
d.   silabus dan rencana pembelajaran
e.   format penilaian berbasis kelas (FBK), evaluasi berbasis kelas (EBK) atau class room evaluation (CBE)
3.  Menetapkan guru pengajar dan guru team (team taching) secara demokratis dan profesional
4. Mengadakan peatihan guru dalam pengadaan serta penyalahgunaan fasilitas dan sumber belajar untuk menunjang kretifitas peserta didik.

2.4.5  Memberdayakan Tenaga Kependidikan
Memberdayakan tenaga kependidikan dapat di bagi menjadi dua strategi, yaitu;
1.      strategi umum
a.        pemberdayaan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang jelas.
b.       dalam setiap pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan professional.
c.        Kerjasama sekolah dengan perusahaan dan dunia industry perlu terus menerus dikembangkan, terutama dalam memanfaatkan perusahaan dan dunia industri untuk laoraorium, praktek, dan objek studi.

2.      strategi khusus
      Strategi khusus adalah strategi yang langsung berkaitan dengan perkembangan dan peningkatan manajemen tenaga kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut berkaitan dengan kesejahteraan tenaga pendidikan, pendidikan prajabatan calon tenaga kependidikan, rekuemant dan penempatan, pembinaan kualitas tenaga pendidikan, dan pengembangan karir.
1.       Dalam kaitannya dengan kesejahteraan tenaga kependidikan, perlu diupayakan hal-hal  sebagai berikut: a) gaji tenaga kependidikan perlu senantiasa disesuaikan agar mencapai standar yang wajar bagi kehidupan tenaga kependidikan dan keluarganya; b) peningkatan kesejahteraan tenaga kependidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat diikuti oleh pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha, orang tua, sejalan dengan otonomi daerah yang sedang bergulir; c) untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan didaerah terpencil, perlu diberlakukan sistem kontrak, dengan sistem imbalan yang lebih baik dan menarik.
2.      Pendidikan prajabatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) memperbaiki sistem pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan; b) perlu dilakukan reorientasi program pendidikan tenaga kependidikan agar tidak terjadinya ketimpangan tenaga kependidkan; c) pendidikan tenaga kependidikan perlu dipersiapkan secara matang melalui sistem pendidikan yang bermutu.
3.      Rekrument dan penempatan tenaga kependidikan perlu memperhatiakn hal-hal sebagai berikut: a) rekrument tenaga kependidikan harus berdasarkan seleksi yang mengutamakan kualitas; b) sejalan dengan semangat reformasi, otonomi daerah, dan desentralisasi pendidikan maka rekrument pendidikan perlu didasarkan atas kebutuhan  wilayah dengan cakupan kabupaten dan kota; c) perlu dilakukan sistem pengangkatan, penempatan, dan pembinaan tenaga kependidikan yang memungkinkan para tenaga kependidikan mengembangkan diri dan karirnya secara leluasa, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.
4.      Peningkatan kualitas tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) perlu senantiasa dilakukan peningkatan kemampuan tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien, (b) peningkatan kualitas tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui pendidikan formal, informal, dan nonformal, dalam hl ini lembaga-lembaga diklat lingkungan dinas pendidikan nasional perlu senantiasa dioptimalkan perannya sesuai dengan tugas dan fungsinya, (c) sesuai dengan prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality improvement)  dan semangat desentralisasi, sekolah perlu diberi kewenangan yang lebih besar untuk menentukan apa yang terbaik untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan.
5.      Pengembangan karier tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) pengangkatan seseorang dalam jabatan tenaga kependidikan harus dilakukan melalui seleksi yang ketat, adil dan transparan, dengan mengutamakan kapasitas kepemimpinan yang bersangkutan, (b) fungsi control dan pengawasan pada semua jenis dan jenjang pendidikan perlu dioptimalkan sebagai sarana untuk memacu kualitas pendidikan.

2.5        Panduan Pengembangan Silabus
2.5.1  Proses pengembangan silabus
      Untuk dapat melaksanakan tugas kemampuan dasar mengajar dengan baik, guru dituntut mampu mengembangkan silabus. Silabus merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum, yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.
2.5.2  komponen-komponen silabus
      Beberapa komponen silabus yang perlu dipahami dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2006 antara lain kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian berbasis kelas (PBK) dan prosedur pembelajaran.
      Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator pembelajaran, mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.
      Materi standar dalam silabus berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik dan guru/ fasilitator tentang apa yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
      Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.
      Indikator pencapaian hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan prilaku pada diri peserta didik.
      Penilaian berbasis kelas (PBK) dalam silabus berfungsi sebagai alat dan strategi untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik. PBK dapat dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran.
      Prosedur pembelajaran dalam silabus berfungsi mengarahkan kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam membentuk kompetensi dasar. Dalam garis besarnya, prosedur pembelajaran ini mencangkup kegiayt inti (pembentuk kompetensi) dan kegiatan akhir (penutup).

2.5.3  Prosedur pengembangan silabus
      Untuk memberi kemudahan kepada guru dan kepala sekolah dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004, perlu dipahami prosedur pengembangan silabus, baik yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun revisi.
BAB III
PENUTUP
3.1        Kesimpulan
Sumber belajar adalah Sumber belajar adalah sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar. Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya, sebagai berikut:
1.      Tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar;
2.      Catatan untuk guru dan sekolah;
3.      Penggunaan fasilitas dan sumber belajar;
4.      Implementasi Ktsp
a.       Kompetensi dasar
b.      Menciptakan lingkungan yang kondusif;
c.       Mendisplinkan peserta didik;
d.      Mengembangkan kemandirian kepala sekolah;
e.       Mengubah paradigm (pola piker) guru;
f.        Memberdayakan tenaga kependidikan;
5.      Panduan pengembangan silabus
a.       Proses pengembangan silabus;
b.      Komponen-komponen silabus;
c.       Prosedur pengembangan silabus.
3.2    Saran
      Setelah memahami makalah yang telah kami sajikan, kami mempunyai beberapa saran khusunya kepada seluruh mahasiswa FKIP UIR yang nantinya akan menjadi seorang guru dan juga pendidik, supaya dalam melaksanakan program kegiatan belajar mengajar dapat memperhatikan kegiatan siswa yang bersifat  mendidik dan dapat dikembangkan melalui kratifitas seorang guru. Hal ini dapat terwujud dengan memanfaatkan segala bentuk sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah ataupun di luar lingkungan sekolah.