Senin, 06 Mei 2013

Drama Saijah dan Adinda


ADINDA DAN SAUJAH
Prolog              : Helmi
Saujah             : Joko Suwono
Adinda                        : Lisnawati
Juragan            : Siti Rohmatun          
Gubernur         : Riski Kurniawan
Selir                 : Winda Flower Nancy
                          Endang
Rakyat             : Ria
                         Reski Annisa
                         Nanda Apriyuni
                         Arnita
                         Rini Novrianti
Operator          : Riska Ade Musyaroh
Adegan           I
Prolog:
Di sebuah desa yang tua, dengan keadaan tanah yang begitu subur, maka hiduplah masyarakat yang tenang dan damai. Keseharian mereka yang penuh dengan akhlak yang baik menjadikan cermin desa tersebut merupakan desa yang sangat harmonis dan nyaman. Namun hal itu tidak dapat berlangsung begitu lama. Pergantian pemimpin yang baru membuat rakyat banyak yang menderita. Mereka dengan terpaksa harus menjual hasil bumi mereka kepada jurahan dan gubernur dengan harga yang sangat murah. Namun mereka tidak dapat menolaknya. Hingga pada saat mereka harus behadapan malaikat mautpun mereka tetap akan mempertahankan tanah kelahiran mereka.
Juragan            : “Wahai rakyat miskin semuanya, kalian dengarkan perintah dari sang maha    pimpinan ini, perintah dari gubernur kita. Hari ini juga kalian harus menyerahkan hasil kebun kalian, dan kalian juga harus menjual tanah kalian kepada gubernur............!!
                             Siapapun juga yang membentah perintah ini, maka dia berarti berani menanggung resiko dan bersiaplah untuk mati.
Saujah             ; “Wahai juragan yang terkutuk....! sampaikan salam saya dengan gubernur kalian yang jahanam. Tidak sedikitpun kami rela akan memberikan tanah tempat kami dilahirkan ini kepada pemimpin laknat seperti kalian....! tidak akan...!!
                             Kalian tidak ubahnya seperti anjing yang memakan bangkai tulang rakyat sendiri. Jahanam..!! bajingan...!!
Juragan            : “kurang ajar...!”
                             (Menendang Saujah)
                             Kau pikir kalian siapa..?! hidup kalian tidak ada ubahnya seperti sampah yang bertebar di tepi jalanan. Kami datang ingin menawarkan niat baik kepada kalian. Tapi kelakuanmu sungguh tidak pantas..!”
Saujah             : “kelakuanku seperti ini memang sudah sepantasnya untuk anjing seperti kau juragan bajingan...!!”
Juragan            : (Menendang)
                             “Tangkap dia.....!!”
Adinda            : “Jangan juragan..... aku mohon jangan bawa suamiku......”.
Juragan            : “Tangkap keduanya...!”
                        Haaaaaaaaaa.......haaaaaaaaaaaaaaaaa.........!!!!!





Adegan II
(Rakyat semuanya keluar dan mengambil posisi untu menyaksikan adegan II)
Prolog:
Waktu berlalu begitu cepat, secepat kilat yang menyambar pepohonan. Hingga saujah dan istrinya ditangkap oleh juragan. Mereka memperlakukannya seperti pemburu yang ingin menangkap hewan. Mereke dipenjarakan tanpa adanya belas kasihan.
(adinda dan saujah keluar dan berakting)
Juragan              : “Tuan...tuan... dan nyonya..nyonya...., salam sejahtera. Nama saya juragan Santari yang bertindak sebagai juragan gubernur. Dahulu rakyat kecil tidak mempunyai hak hukum apabila mereka berhadapan dengan adipati dan gubernur. Dan sekarang apakah rakyat kecil sudah mempunyai hak hukum apabila dia berhadapan dengan adipati atau gubernur...??!. Bukankah kemerdekaan yang sempurna itu adalah kemerdekaan negara dan bangsa kalau kita mau berfikir. Tapi apakah bangsa kita sudah merdeka. Apakah bangsa tanpa hak hukum, sudah disebut bangsa yang merdeka...??!”.
(Gubernur mauk dan memperkosa adinda dengan berbagai akting)

Saujah               : “adinda.....adinda......
                          Aku dirampok orang di tengah hutan adinda...
                          Aku dirampok orang di tengah hutan adinda...
                          Mereke menikam perutku adinda, mereka menikam leherku, mereka menikam pumnngungku adinda....!!
                          Mereka juga merampas semua harta yang aku miliki adinda..!!
Adinda              : “Saujah....saujah....!! akang...!!”.
                          Tanpa kau tunjukkan jejak yang nyata aku tahu apa yang sedang akang rasa”.
Saujah               “Adinda....!! Adinda....!!
                          Kemiaskinan telah memisahkan kita adinda.... Kemiskinan telah menjadikan kita seperti binatang yang dapat penguasa beli kapan dia mau...
Adinda              : “Sepanjang kisah lajur perjalanan hidup kita akang, tidak sedikitpun adinda berubah.. tapi mereka... merekalah yang menjadikan aku seperti boneka lapuk di ujung lemari tua. Mereka telah merenggut kebahagiaan kita akang....
                          Mereka telah mencabik-cabik kehormatan adinda...
                          (Lari menuju baskom yang ada airnya)
                          Saya tidak rela akang....!!
                          Saya tidak sudi hidup  bersama pemimpin yang bajingan...!!
                          Mereka membeli boneka pelacur di tengah hutan yang sepi...
                          Menjadikanya sebagai pelampiasan nafsu sesat..
                          Aku tidak rela akang...!!
                          Aku tidak sudi..!
                          Tidak sudiiiiii.....!!!!!!!!!!
(Suasana senyap dan diiringi lantunan lagu sedih)

Adegan III
(Narator membacakan prolog dan diiringi oleh keluarnya gubernur dan selir)
Prolog  :
            Penyesalan panjang yang menghantui mereka berdua.. penyesalan panjang yang menghantui kemiskinan para masyarakat yang tertindas... telah membuahkan kesengsaraan yang tiada batas. Kecuali tekad keras yang menghujat kemerdekaan. Kehidupan panjang yang bahagia telah lenyap dengan begitu saja.. direnggut oleh sang penguasa yang tak tahu moral kehidupan......
Gubernur           : “Hai sampah saujah...!! tidak ada gunanya lagi engkau menangisi kehidupanmu itu.. karena sebentar lagi aku akan mengirimu ke neraka jahanam....!!
                          Haaa.haaaaaa.....!!!!
Saujah               : “Bajingan....!! tidak sedikitpun langkahku akan gentar menghadapi bajinagn negeri sepertimu....!! engkaulah yang akan aku kirim ke dalam neraka jahanam....! cuiiiihhh......!!!
Gubernur           : “Bangkitlah..... kita lihat siapa yang akan masuk ke dalam neraka terlebih dahulu....
                          Sampah sepertimu atau aku....!!
Saujah               : “Baiklah...Baiklah.... karena itulah yang memang aku tunggu......
Adinda              : “Akang....!!”

                          (Saujah dan gubernur berkelahi. Dan perkelahian tersebut dimenangkan oleh saujah)

Prolog:
            Atas kemenangan yang telah diperjuangkan oleh saujah dan masyarakat semuanya untuk melawan para pemimpin yang rakus, maka kembalilah mereka ke desa yang sangat mereka cintai. Tanah yang merindukan mereka, menyambut kedatangan saujah dengan sangat gembira. Kehidupan tenang yang dulu pernah hilang kini kembali lagi ke dalam pangkuan saujah dan istrinya.

==================== TAMAT=====================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar