ADINDA
DAN SAUJAH
Prolog :
Helmi
Saujah :
Joko Suwono
Adinda :
Lisnawati
Juragan :
Siti Rohmatun
Gubernur :
Riski Kurniawan
Selir :
Winda Flower Nancy
Endang
Rakyat :
Ria
Reski Annisa
Nanda Apriyuni
Arnita
Rini Novrianti
Operator : Riska Ade Musyaroh
Adegan I
Prolog:
Di
sebuah desa yang tua, dengan keadaan tanah yang begitu subur, maka hiduplah
masyarakat yang tenang dan damai. Keseharian mereka yang penuh dengan akhlak
yang baik menjadikan cermin desa tersebut merupakan desa yang sangat harmonis
dan nyaman. Namun hal itu tidak dapat berlangsung begitu lama. Pergantian
pemimpin yang baru membuat rakyat banyak yang menderita. Mereka dengan terpaksa
harus menjual hasil bumi mereka kepada jurahan dan gubernur dengan harga yang
sangat murah. Namun mereka tidak dapat menolaknya. Hingga pada saat mereka
harus behadapan malaikat mautpun mereka tetap akan mempertahankan tanah
kelahiran mereka.
Juragan :
“Wahai rakyat miskin semuanya, kalian dengarkan perintah dari sang maha pimpinan ini, perintah dari gubernur kita.
Hari ini juga kalian harus menyerahkan hasil kebun kalian, dan kalian juga
harus menjual tanah kalian kepada gubernur............!!
Siapapun
juga yang membentah perintah ini, maka dia berarti berani menanggung resiko dan
bersiaplah untuk mati.
Saujah ;
“Wahai juragan yang terkutuk....! sampaikan salam saya dengan gubernur kalian
yang jahanam. Tidak sedikitpun kami rela akan memberikan tanah tempat kami
dilahirkan ini kepada pemimpin laknat seperti kalian....! tidak akan...!!
Kalian
tidak ubahnya seperti anjing yang memakan bangkai tulang rakyat sendiri.
Jahanam..!! bajingan...!!
Juragan :
“kurang ajar...!”
(Menendang
Saujah)
Kau
pikir kalian siapa..?! hidup kalian tidak ada ubahnya seperti sampah yang
bertebar di tepi jalanan. Kami datang ingin menawarkan niat baik kepada kalian.
Tapi kelakuanmu sungguh tidak pantas..!”
Saujah :
“kelakuanku seperti ini memang sudah sepantasnya untuk anjing seperti kau
juragan bajingan...!!”
Juragan :
(Menendang)
“Tangkap
dia.....!!”
Adinda :
“Jangan juragan..... aku mohon jangan bawa suamiku......”.
Juragan :
“Tangkap keduanya...!”
Haaaaaaaaaa.......haaaaaaaaaaaaaaaaa.........!!!!!
Adegan II
(Rakyat semuanya keluar dan mengambil
posisi untu menyaksikan adegan II)
Prolog:
Waktu
berlalu begitu cepat, secepat kilat yang menyambar pepohonan. Hingga saujah dan
istrinya ditangkap oleh juragan. Mereka memperlakukannya seperti pemburu yang
ingin menangkap hewan. Mereke dipenjarakan tanpa adanya belas kasihan.
(adinda
dan saujah keluar dan berakting)
Juragan :
“Tuan...tuan... dan nyonya..nyonya...., salam sejahtera. Nama saya juragan
Santari yang bertindak sebagai juragan gubernur. Dahulu rakyat kecil tidak
mempunyai hak hukum apabila mereka berhadapan dengan adipati dan gubernur. Dan
sekarang apakah rakyat kecil sudah mempunyai hak hukum apabila dia berhadapan
dengan adipati atau gubernur...??!. Bukankah kemerdekaan yang sempurna itu
adalah kemerdekaan negara dan bangsa kalau kita mau berfikir. Tapi apakah
bangsa kita sudah merdeka. Apakah bangsa tanpa hak hukum, sudah disebut bangsa
yang merdeka...??!”.
(Gubernur mauk dan memperkosa adinda
dengan berbagai akting)
Saujah :
“adinda.....adinda......
Aku
dirampok orang di tengah hutan adinda...
Aku
dirampok orang di tengah hutan adinda...
Mereke
menikam perutku adinda, mereka menikam leherku, mereka menikam pumnngungku
adinda....!!
Mereka
juga merampas semua harta yang aku miliki adinda..!!
Adinda :
“Saujah....saujah....!! akang...!!”.
Tanpa
kau tunjukkan jejak yang nyata aku tahu apa yang sedang akang rasa”.
Saujah “Adinda....!!
Adinda....!!
Kemiaskinan
telah memisahkan kita adinda.... Kemiskinan telah menjadikan kita seperti
binatang yang dapat penguasa beli kapan dia mau...
Adinda :
“Sepanjang kisah lajur perjalanan hidup kita akang, tidak sedikitpun adinda
berubah.. tapi mereka... merekalah yang menjadikan aku seperti boneka lapuk di
ujung lemari tua. Mereka telah merenggut kebahagiaan kita akang....
Mereka
telah mencabik-cabik kehormatan adinda...
(Lari
menuju baskom yang ada airnya)
Saya
tidak rela akang....!!
Saya
tidak sudi hidup bersama pemimpin yang
bajingan...!!
Mereka
membeli boneka pelacur di tengah hutan yang sepi...
Menjadikanya
sebagai pelampiasan nafsu sesat..
Aku
tidak rela akang...!!
Aku
tidak sudi..!
Tidak
sudiiiiii.....!!!!!!!!!!
(Suasana senyap dan diiringi lantunan
lagu sedih)
Adegan
III
(Narator
membacakan prolog dan diiringi oleh keluarnya gubernur dan selir)
Prolog :
Penyesalan panjang yang menghantui
mereka berdua.. penyesalan panjang yang menghantui kemiskinan para masyarakat
yang tertindas... telah membuahkan kesengsaraan yang tiada batas. Kecuali tekad
keras yang menghujat kemerdekaan. Kehidupan panjang yang bahagia telah lenyap
dengan begitu saja.. direnggut oleh sang penguasa yang tak tahu moral kehidupan......
Gubernur :
“Hai sampah saujah...!! tidak ada gunanya lagi engkau menangisi kehidupanmu
itu.. karena sebentar lagi aku akan mengirimu ke neraka jahanam....!!
Haaa.haaaaaa.....!!!!
Saujah :
“Bajingan....!! tidak sedikitpun langkahku akan gentar menghadapi bajinagn
negeri sepertimu....!! engkaulah yang akan aku kirim ke dalam neraka
jahanam....! cuiiiihhh......!!!
Gubernur :
“Bangkitlah..... kita lihat siapa yang akan masuk ke dalam neraka terlebih
dahulu....
Sampah
sepertimu atau aku....!!
Saujah :
“Baiklah...Baiklah.... karena itulah yang memang aku tunggu......
Adinda :
“Akang....!!”
(Saujah
dan gubernur berkelahi. Dan perkelahian tersebut dimenangkan oleh saujah)
Prolog:
Atas kemenangan yang telah
diperjuangkan oleh saujah dan masyarakat semuanya untuk melawan para pemimpin
yang rakus, maka kembalilah mereka ke desa yang sangat mereka cintai. Tanah
yang merindukan mereka, menyambut kedatangan saujah dengan sangat gembira.
Kehidupan tenang yang dulu pernah hilang kini kembali lagi ke dalam pangkuan
saujah dan istrinya.
==================== TAMAT=====================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar